kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.395.000 0,87%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Hot Money Membikin Rupiah Bertenaga


Rabu, 31 Desember 2008 / 08:20 WIB
Hot Money Membikin Rupiah Bertenaga


Sumber: KONTAN |

JAKARTA. Dana asing jangka pendek alias hot money mulai berhamburan lagi masuk ke pasar keuangan Indonesia. Walau tak terlalu deras, aliran hot money itu cukup membuat nilai tukar rupiah kembali bertenaga. Dana asing tersebut kembali masuk lewat dua instrumen, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang Negara (SUN).

SBI, misalnya. Awal Desember (4/12) lalu, dana asing yang bercokol di SBI tercatat Rp 6,54 triliun. Namun saat ini, "Kepemilikan asing di SBI sudah sekitar Rp 7 triliun sampai Rp 8 triliun," kata Peneliti Ekonomi Madya Direktorat Moneter Bank Indonesia (BI) Ramdan Deni Prakoso ke KONTAN, Senin (29/12).

Sementara itu dana asing di SUN belakangan juga kian menggemuk. Per 23 Desember 2008, kepemilikan asing di SUN sudah mencapai Rp 88,13 triliun. Bandingkan dengan posisi akhir November 2008 lalu yang cuma Rp 86,42 triliun. "Penurunan imbal hasil atau yield di SUN membuat investor menilai risiko gagal bayar mulai berkurang," kata analis obligasi Kim Eng Securities Dian Abdul Hakim.

Asal tahu saja, yield SUN acuan seri FR 48 pada perdagangan kemarin (30/12) tercatat 11,88%. Imbal hasil ini jauh lebih kecil ketimbang besaran yield tertinggi SUN pada 28 Oktober 2008 lalu yang mencapai 20,90%. Menurut Dian, naiknya harga SUN juga menjadi indikasi risiko gagal bayar alias default SUN makin minim.

Di perdagangan kemarin, harga SUN seri FR 48 tercatat harganya sudah naik menjadi 83,63. Harga ini mendekati harga tertinggi SUN tahun ini yang sebesar 86,87. Harga tertinggi SUN itu tercatat pada 6 Agustus 2008 silam.

Dian memprediksi kepemilikan asing di SUN bakal makin gendut lagi karena imbal hasil dan risiko SUN yang kembali sebanding.

Dana asing di SUN mencapai puncaknya pada bulan akhir Agustus 2008 mencapai Rp 106,66 triliun. Namun sejak itu hot money terus kabur dari SUN dan baru balik di bulan Desember 2008 ini.

Analis obligasi Danareksa Sekuritas Budi Susanto mengatakan kepercayaan asing terhadap SUN memang sudah mulai pulih. Dus, mereka pun kembali membeli SUN. "Kebanyakan mereka mengambil SUN dengan tenor jangka menengah dan panjang," imbuhnya.

Menurut hitungan Budi, program pembelian kembali atau buy back SUN yang dilakukan pemerintah rupanya cukup ampuh mengangkat harga SUN. Ia memprediksi, kalau nilai tukar rupiah tetap stabil, kepemilikan asing di SUN akan terus merangkak naik sampai tahun depan.

Direktur Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan, faktor lain yang membuat dana asing ini terus menggelembung di Indonesia adalah tawaran imbal hasil investasi jangka pendek yang menggiurkan. Lihat saja, suku bunga kita jauh lebih tinggi ketimbang suku bunga negara lain. "Makanya dana asing akan terus masuk setidaknya sampai pertengahan tahun depan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×