Reporter: Disa Ayulia Agatha | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga 7 days reverse repo rate ke 5,75%, rupiah terdepresiasi pada penutupan, Kamis (27/9).
Mengutip Bloomberg, nilai rupiah kembali terkoreksi 0,08% di level Rp 14.923 per dollar Amerika Serikat (AS). Berbanding terbalik dengan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah justru menguat 0,13% menjadi Rp 14.919 per dollar AS.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 26-27 September 2018, BI akhirnya memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Hal ini merupakan rentetan dari keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 2%-2,25%.
Analis Asia Trade Point Futures Andri Hardianto mengatakan, pelemahan rupiah masih dipengaruhi oleh kekhawatiran terhadap pergerakan suku bunga AS. Namun ia juga tak memungkiri di awal perdagangan tadi, pelemahan rupiah juga disebabkan antisipasi atas kenaikan suku bunga oleh BI. Sehingga, hal ini menopang rupiah tetap stabil di bawah Rp 15.000 per dollar AS.
"Seiring kenaikkan suku bunga, BI memutuskan untuk mengadakan transaksi DNDF (Domestic Non Deliverable Forward) ini keputusan yang efektif dalam meredam gejolak rupiah," ujarnya.
Setali tiga uang, Chief Economist Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro juga mengatakan, dengan adanya transaksi DNDF, BI dapat lebih mudah mengontrol. “Akan lebih terukur buat BI, seperti seberapa besar yang harus diintervensi,” katanya.
Andri memprediksikan rupiah esok, Jumat (28/9), berpotensi menguat di kisaran Rp 14.850-14.950 per dollar AS. “Efek kenaikkan suku bunga BI masih jadi sentimennya,” ujarnya. Sedangkan Ibrahim memproyeksikan rupiah berada dalam rentang Rp 14.870-Rp 14.930 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News