Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali kedatangan perusahaan baru dari sektor kesehatan. PT Medela Potentia Tbk (MDLA) resmi menjadi perusahaan tercatat yang ke-13 di BEI pada tahun 2025.
Medela Potentia merupakan perusahaan induk atas grup usaha yang bergerak di bidang distribusi dan pemasaran atas produk farmasi, produk kesehatan dan alat kesehatan, manufaktur alat kesehatan, serta penyelenggaraan portal web dan/atau platform digital dengan tujuan komersial melalui perusahaan anak.
Direktur Utama MDLA, Krestijanto Pandji mengatakan perjalanan usaha MDLA telah berlangsung selama empat dekade. Namun begitu, Medela Potentia sendiri baru didirikan pada tahun 2011 sebagai induk usaha.
Adapun MDLA membawahi sejumlah anak usaha, yakni PT Anugrah Argon Medica (AAM), PT Djembatan Dua (DD), Dynamic Argon Co. Ltd (DAC), PT Deca Metric Medica (DMM), dan Karsa Inti Tuju Askara (KITA).
Kegiatan usaha Medela Potentia sebetulnya dimulai sejak 1980 setelah pendiri membentuk AAM. Selanjutnya, pendiri mengakuisisi DD pada tahun 1981 untuk memperkuat area cakupan distribusi di Jakarta, Tangerang dan berbagai wilayah di Indonesia.
Baca Juga: Melantai di Bursa, Medela Potentia (MDLA) Perluas Ekspansi Regional
Kegiatan usaha berkembang dengan pendirian DAC guna mengembangkan bisnis distribusi dan pemasaran di Kamboja pada 2018. Setelahnya, pada tahun 2020 mendirikan DMM sebagai manufaktur alat kesehatan dan terakhir pada 2022 KITA didirikan untuk memenuhi permintaan e-commerce yang terus berkembang melalui agregator farmasi GoApotik.
Menilik pada perjalanan bisnisnya itu, Krestijanto menyebutkan bahwa keunggulan MDLA dibandingkan kompetitor sejenis dari persebaran gudang di berbagai daerah. Alhasil, permintaan obat dapat didistribukan dengan cepat.
"Kami punya yang namanya pengiriman langsung produk dalam 24 jam," ujar Krestijanto saat ditemui Kontan di BEI, Selasa (15/4).
Berdasarkan prospektus, jejaring distribusi AAM di Indonesia per 30 September 2024 telah menjangkau lebih dari 70.000 titik penjualan di 38 provinsi. Ini meliputi lebih dari 3.000 rumah sakit, 23.000 apotek, 2.000 instansi pemerintah, 1.300 Pedagang Besar Farmasi dan Penyalur Alat Kesehatan, 50.000 pedagang di pasar modern dan 20.000 pelanggan lainnya.
Meski begitu, pengembangan bisnis MDLA terus dipacu. Hal itu yang mendorong perseroan melantai di BEI dengan melepas 3,5 miliar saham atau sekitar 25% dari modal disetor dan ditempatkan setelah initial public offering (IPO).
Dari aksi korporasi itu, perseroan menghimpun dana segar sebesar Rp 685 miliar. Dengan dana itu, MDLA menyiapkan beberapa ekspansi bisnis, seperti pengembangan pabrik, membeli gudang, dan menambah kapasitas produksi yang diarahkan untuk integrasi vertikal.
Ekspansi ke ASEAN
Selain memperkuat infrastruktur logistik dalam negeri dengan membeli gudang dan cabang baru, MDLA akan memperluas ekspansi regional ke negara ASEAN. Emiten ini juga menjalin kerjasama dengan beberapa negara.
MDLA menjajaki kerja sama produksi dengan perusahaan luar negeri, salah satunya China. Selain itu, ada pembicaraan dengan satu perusahaan di Filipina. "Yang lain masih dipikirkan, mungkin Vietnam atau Thailand," terang Krestijanto.
Untuk janka pendek, MDLA berencana meningkatkan kapasitas produksi pabriknya. Krestijanto menuturkan bahwa saat ini pabriknya memiliki tiga lini produksi, yakni wet area fixation dengan utilisasi 60%, post-operating dressing, dan disinfektan yang masing-masing 10%-20%.
Krestijanto menerangkan, lini post-operating dressing dan disinfektan merupakan lini yang baru diluncurkan. Sehingga utilisasinya masih kecil.
"Jadi, yang sedang kami pikirkan adalah pengembangan tambahan produk untuk meningkatkan utilisasi dan bagaimana kami melakukan integrasi vertikal sehingga harapannya utilisasinya meningkat ke 40%," jelas Krestijanto.
Baca Juga: Medela Potentia (MDLA) Resmi Melantai di Bursa, Harga Sahamnya Naik 0,53%
Dengan berbagai rencana tersebut, MDLA membidik pertumbuhan pendapatan dan laba bersih double digit di 2025. "Kami harapkan tumbuh 11%-12%, dengan pendapatan di atas Rp 16 triliun dan laba bersih sekitar Rp 370 miliar," sebutnya.
Usai IPO, harga MDLA cenderung stagnan dan berada di Rp 188 pada Kamis (17/4). Pada hari pertama, harga MDLA ditutup melemah 1,58% menjadi Rp 187, dengan harga tertinggi di Rp 194 dan harga terendah Rp 179.
Lalu pada hari kedua, ditutup naik 0,53% kembali harga awal di Rp 188 dengan harga tertinggi Rp 189 dan harga terendah Rp 185. Adapun pada hari ini, harga MDLA ditutup stagnan di Rp 188 setelah ke harga tertingginya di Rp 212.
Adapun saham MDLA dikuasai Hetty Soetikno dengan kepemilikan 65,94%. Hetty Soetikno merupakan 'crazy rich' di balik raksasa farmasi Dexa Group.
Selanjutnya, dimiliki masyarakat sebesar 17,5%, PT Ekon Prima sebesar 8,99%, International Finance Corporation 7,49%, dan sisanya oleh penerima program MIP dan ESA, masing-masing sebesar 0,06% dan 0,02%.
Selanjutnya: Perta Life Insurance Raup Laba Bersih Rp 97,18 Miliar di 2024
Menarik Dibaca: GoTo Impact Foundation Dampingi Magelang Setories Kembangkan Pertanian Regeneratif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News