CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Berikut tiga skenario IHSG tahun depan dari Mirae Asset Sekuritas


Senin, 07 Desember 2020 / 16:45 WIB
Berikut tiga skenario IHSG tahun depan dari Mirae Asset Sekuritas
ILUSTRASI. Pekerja beraktivitas di gedung kantor Bursa Efek Indonesia, kawasan SCBD, Jakarta.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

Di sisi lain, Mirae Asset meyakini ketidakpastian secara bertahap mulai memudar didukung oleh pengembangan vaksin Covid-19 dan hasil pemilihan Presiden AS yang  menemui titik terang. Dengan terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS diharapkan mampu menjaga stabilitas geopolitik. Oleh karena itu, Mirae Asset berekspektasi  adanya peralihan investor  dari saham defensif ke saham siklikal dan value stocks.

Mirae Asset membeberkan, ada sejumlah sektor yang bisa dicermati investor. 
Yang pertama adalah sektor  perbankan. Mirae Asset menyebut saham bank-bank besar sebagai saham bernilai yang seharusnya bisa unggul pada tahun 2021. Hal ini didukung oleh perbaikan fundamental bank-bank besar, arus dana asing yang masuk ke sektor perbankan, dan  valuasi yang tidak terlalu tinggi.

Selanjutnya adalah sektor pertambangan logam, khususnya pertambangan yang berhubungan dengan nikel. Harga nikel yang melaju diperkirakan akan terus berlanjut hingga 2021, didukung oleh permintaan yang lebih tinggi untuk produksi baja, terutama dari China. Selain itu, ada antisipasi peningkatan permintaan nikel untuk produksi baterai kendaraan listrik.

Baca Juga: IHSG menguat 2,07% ke 5.930 di perdagangan Senin (7/12), asing beli BBCA, BBRI, SMMA

Selain itu, sektor  perkebunan khususnya crude palm oil (CPO) juga atraktif karena harga CPO yang menguntungkan akan berlanjut setidaknya hingga semester pertama 2021. Kenaikan harga CPO ini merupakan kombinasi dari gangguan pasokan produksi dua minyak nabati terbesar, yaitu CPO dan minyak kedelai karena fenomena cuaca La Nina.

Selain itu ada pula permintaan minyak sawit yang lebih tinggi dari India sebagai pembeli minyak sawit terbesar di dunia karena pajak impor minyak sawit yang lebih rendah menjadi 27,5% (dari sebelumnya 37,5%) dan pemulihan bertahap terhadap daya beli masyarakat India.

Sektor pertambangan batubara juga menarik seiring meningkatnya konsumsi listrik China pada tahun 2021 pasca efek pandemi Covid-19 pada awal 2020. Meskipun secara musiman konsumsi listrik China akan lebih tinggi pada semester kedua daripada semester pertama, Mirae Asset meyakini bahwa konsumsi listrik pada 2021-2022 akan mengungguli angka konsumsi tahun 2020.

Sebagai gambaran, output dari pembangkit listrik batubara berkontribusi 76,4% terhadap total output listrik di China pada tahun 2019. Secara keseluruhan, setiap peningkatan konsumsi listrik di Negeri Panda tersebut akan meningkatkan konsumsi batubara global.

Selanjutnya: Wow! IHSG melejit 1,67% ke 5.907 pada akhir sesi pertama Senin (7/12)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×