Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana sepanjang empat bulan pertama tahun ini rupanya masih belum optimal. Pasalnya, kinerja reksadana saham yang tercermin dari Infovesta 90 Equity Fund Index justru turun 7,43% pada periode tersebut. Padahal, IHSG pada periode yang sama masih mencatatkan kenaikan 0,28%.
Walau demikian, masih terdapat beberapa produk reksadana saham yang justru mampu mengungguli kinerja indeks reksadana saham. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) bahkan punya dua produk yang masuk di jajaran 10 besar reksadana saham dengan kinerja terbaik selama empat bulan pertama di tahun ini.
Kedua produk tersebut adalah Manulife Institutional Equity Fund yang tercatat berhasil tumbuh 11,28% dan Manulife Saham Andalan yang tumbuh 6,13%.
Senior Portfolio Manager Equity MAMI Samuel Kesuma mengatakan, kondisi pasar saham Indonesia sebenarnya cukup kondusif pada awal tahun seiring optimisme pasar bahwa aktivitas ekonomi akan mulai berangsur normal. Namun, memasuki Maret, pasar saham Indonesia mulai tertekan seiring dengan kenaikan yield US Treasury.
Baca Juga: IHSG melemah 1,12% dalam sepekan, ini sederet faktor penyebabnya
Pelaku pasar pun khawatir akan adanya pengurangan quantitative easing yang dilakukan The Fed untuk mengendalikan inflasi. Samuel menyebut hal tersebut memicu keluarnya dana asing dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Sementara dari dalam negeri, angka penambahan kasus baru Covid-19 belum menunjukkan tren penurunan yang signifikan, sehingga aktivitas usaha belum sepenuhnya dapat berjalan normal.
Dengan kondisi tersebut, Samuel membeberkan MAMI menjalankan strategi pengelolaan yang sangat aktif untuk produk-produk reksadana sahamnya. MAMI pun fokus pada analisa bottom-up dari kinerja masing-masing saham yang menjadi bagian dari portofolio.
“Dengan komposisi portofolio yang sangat berbeda dari komposisi indeks acuan bursa saham, kami berupaya untuk membukukan kinerja portofolio yang optimal, meski di tengah fluktuasi pasar jangka pendek,” kata Samuel kepada Kontan.co.id, Sabtu (8/5).
Baca Juga: IHSG melemah, rata-rata volume transaksi harian bursa naik 2,85% di pekan ini
Dalam menerapkan strategi pengelolaan yang sangat aktif tersebut, Samuel mengatakan MAMI tetap mengedepankan pengelolaan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian, peraturan yang berlaku serta proses investasi yang terjaga baik. Adapun dari perspektif alokasi sektor, pihaknya memilih sektor-sektor yang memiliki fundamental solid seperti segmen material.
Menurut dia, sektor tersebut diuntungkan oleh meningkatnya permintaan dari negara maju seiring dengan pemulihan pertumbuhan ekonomi global dan komitmen dari negara maju untuk melakukan investasi besar di green economy untuk mengurangi emisi karbon.
“Kami juga melihat sektor teknologi sebagai yang memiliki prospek pertumbuhan sangat tinggi dan menjadi fokus perhatian investor dunia saat ini. Percepatan dari adopsi digital/ekonomi internet serta penetrasi e-commerce akan menjadi faktor pendukung dalam beberapa tahun ke depan untuk sektor yang berbasis teknologi, terutama di masa pandemi yang masih berlangsung,” imbuh Samuel.
Baca Juga: Hingga Maret 2021, dana kelolaan asuransi jiwa menyentuh Rp 487,16 triliun
Memasuki bulan Mei, Samuel menilai faktor kunci yang akan diperhatikan pasar adalah angka penambahan kasus baru Covid-19 setelah periode Lebaran. Apabila situasi terkait Covid-19 telah relatif stabil, investor akan dapat berfokus pada kondisi fundamental dari ekonomi dan masing-masing emiten. Pasalnya, secara fundamental, emiten Indonesia secara umum sebetulnya telah membukukan perbaikan kinerja usaha dan profitabilitas sejak awal tahun yang tercermin pada laporan keuangan emiten pada kuartal I-2021.
Namun, Samuel mengingatkan, seiring laju pemulihan tidak berlangsung secara merata di semua sektor, tetap diperlukan strategi pemilihan sektor secara aktif dalam portofolio reksadana untuk dapat memberikan kinerja yang optimal. “Kami akan tetap mempertahankan posisi di sektor-sektor yang memiliki basis dukungan faktor struktural jangka panjang. Namun dengan strategi pengelolaan reksa dana yang aktif, kami akan terus memonitor perkembangan dari masing-masing sektor di ekonomi,” ujar Samuel.
Dia menambahkan, distribusi vaksin yang semakin baik tentunya akan berdampak positif pada aktivitas ekonomi domestik ke depan. Dalam situasi tersebut, MAMI tentunya siap untuk melakukan penyesuaian dalam portofolio reksadana untuk merefleksikan situasi fundamental yang terus berkembang.
Samuel menuturkan, komposisi sektor teknologi akan semakin besar dengan berbagai rencana IPO pemain besar di sektor ini. Menurut dia, sektor teknologi merupakan salah satu sektor dengan tingkat pertumbuhan di atas rata-rata, hal tersebut bisa menjadi katalis baru bagi pasar saham dan mengundang masuknya aliran dana asing.
Baca Juga: 26 entitas investasi ilegal dengan kedok baru dan mendompleng nama investasi legal
Oleh karena itu, MAMI masih memiliki pandangan positif untuk prospek kinerja saham sampai dengan akhir tahun. Hal tersebut akan didukung oleh situasi makro domestik yang lebih stabil dan kekhawatiran yang mereda akan kenaikan tajam dari yield US Treasury. Ke depan, Samuel menilai terdapat peluang untuk kembalinya dana investor asing ke pasar saham Indonesia.
“Untuk akhir tahun 2021, kami memiliki proyeksi target nilai wajar IHSG di kisaran 6.740-7.000. Dengan level tersebut, potensi imbal hasil dari instrumen reksadana saham berada di kisaran 12%-15% sepanjang tahun ini,” tutup Samuel.
Baca Juga: Indonesia Masih Resesi, Kombinasi Portofolio Investasi Penting di Masa Pandemi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News