Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Memasuki bulan Mei, Samuel menilai faktor kunci yang akan diperhatikan pasar adalah angka penambahan kasus baru Covid-19 setelah periode Lebaran. Apabila situasi terkait Covid-19 telah relatif stabil, investor akan dapat berfokus pada kondisi fundamental dari ekonomi dan masing-masing emiten. Pasalnya, secara fundamental, emiten Indonesia secara umum sebetulnya telah membukukan perbaikan kinerja usaha dan profitabilitas sejak awal tahun yang tercermin pada laporan keuangan emiten pada kuartal I-2021.
Namun, Samuel mengingatkan, seiring laju pemulihan tidak berlangsung secara merata di semua sektor, tetap diperlukan strategi pemilihan sektor secara aktif dalam portofolio reksadana untuk dapat memberikan kinerja yang optimal. “Kami akan tetap mempertahankan posisi di sektor-sektor yang memiliki basis dukungan faktor struktural jangka panjang. Namun dengan strategi pengelolaan reksa dana yang aktif, kami akan terus memonitor perkembangan dari masing-masing sektor di ekonomi,” ujar Samuel.
Dia menambahkan, distribusi vaksin yang semakin baik tentunya akan berdampak positif pada aktivitas ekonomi domestik ke depan. Dalam situasi tersebut, MAMI tentunya siap untuk melakukan penyesuaian dalam portofolio reksadana untuk merefleksikan situasi fundamental yang terus berkembang.
Samuel menuturkan, komposisi sektor teknologi akan semakin besar dengan berbagai rencana IPO pemain besar di sektor ini. Menurut dia, sektor teknologi merupakan salah satu sektor dengan tingkat pertumbuhan di atas rata-rata, hal tersebut bisa menjadi katalis baru bagi pasar saham dan mengundang masuknya aliran dana asing.
Baca Juga: 26 entitas investasi ilegal dengan kedok baru dan mendompleng nama investasi legal
Oleh karena itu, MAMI masih memiliki pandangan positif untuk prospek kinerja saham sampai dengan akhir tahun. Hal tersebut akan didukung oleh situasi makro domestik yang lebih stabil dan kekhawatiran yang mereda akan kenaikan tajam dari yield US Treasury. Ke depan, Samuel menilai terdapat peluang untuk kembalinya dana investor asing ke pasar saham Indonesia.
“Untuk akhir tahun 2021, kami memiliki proyeksi target nilai wajar IHSG di kisaran 6.740-7.000. Dengan level tersebut, potensi imbal hasil dari instrumen reksadana saham berada di kisaran 12%-15% sepanjang tahun ini,” tutup Samuel.
Baca Juga: Indonesia Masih Resesi, Kombinasi Portofolio Investasi Penting di Masa Pandemi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News