Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) diprediksi akan tetap volatile sepanjang bulan September 2024. Faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga Bitcoin adalah keputusan mengenai suku bunga acuan, selain perkembangan regulasi dan adopsi teknologi Blockchain.
Secara historis, September cenderung menjadi bulan yang menantang bagi Bitcoin, dengan rata-rata penurunan harga sekitar 5,64% selama periode 2013-2022. Namun, pada September 2023, Bitcoin berhasil mencatat kinerja positif, memberikan sedikit optimisme meskipun pasar masih dalam tekanan.
Pada bulan Agustus, harga Bitcoin tercatat mengalami koreksi sekitar 11,06% month on month (MoM), berada di level US$59.148 pada 31 Agustus 2024. Sepanjang bulan tersebut, Bitcoin bergerak dalam rentang harga antara US$50.000 hingga US$65.000.
Baca Juga: Menebak Arah Harga Bitcoin di Tengah Rencana Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Menanggapi potensi pergerakan harga Bitcoin di bulan September 2024, Vice President Marketing Indodax, Antony Kesuma, menyatakan bahwa bulan ini akan menjadi periode penuh peluang sekaligus tantangan untuk pasar kripto, terutama Bitcoin. Secara historis, September memang seringkali menunjukkan volatilitas tinggi bagi harga Bitcoin.
Menurut Antony, pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) bisa menjadi katalis positif yang mendorong permintaan terhadap aset seperti Bitcoin pada bulan ini.
Dengan ekspektasi penurunan suku bunga antara 25 bps hingga 50 bps pada pertemuan The Fed tanggal 17-18 September 2024, investor mungkin akan mencari aset yang memberikan imbal hasil lebih tinggi di tengah lingkungan suku bunga rendah.
Selain itu, dampak dari halving Bitcoin yang terjadi pada April 2024 lalu juga diperkirakan akan mulai terasa. Dengan berkurangnya pasokan Bitcoin di pasar, harga Bitcoin berpotensi mengalami kenaikan.
Tren positif ini serupa dengan yang terjadi pada tahun-tahun setelah halving sebelumnya. Namun, perlu diingat bahwa ada potensi tekanan jual akibat berita negatif terkait kripto atau aksi profit taking.
Baca Juga: Bitcoin Turun di Bawah US$ 60.000, Pengamat Nilai Jangka Pendek Masih Bearish
Meskipun demikian, Antony menganggap kasus skema Ponzi di Amerika Serikat senilai US$60 juta tidak terlalu berdampak signifikan bagi pasar kripto. Hal ini karena penipuan tersebut terkait software trading yang diklaim dapat melakukan trading kripto secara otomatis, bukan penipuan aset kripto secara langsung.
Antony juga menekankan pentingnya memahami bahwa volatilitas merupakan bagian integral dari pasar kripto, dan meskipun peluang ada, risiko tetap perlu diperhatikan.
“Perlu diingat, volatilitas akan selalu menjadi bagian dari pasar kripto, dan penting bagi para investor untuk memahami bahwa meskipun ada peluang, risiko tetap ada,” ujar Antony kepada Kontan.co.id, Jumat (30/8).
Tantangan utama bagi pasar kripto saat ini adalah bagaimana pasar akan merespons berbagai faktor eksternal, termasuk kebijakan ekonomi global dan perkembangan di sektor kripto itu sendiri.
Secara keseluruhan, meskipun volatilitas diperkirakan tetap tinggi pada bulan September 2024, mencapai rekor harga baru bagi Bitcoin akan membutuhkan dorongan lebih kuat seperti peningkatan adopsi institusional atau perkembangan positif lainnya di industri kripto.
Baca Juga: Investasi Kripto di Indonesia Makin Ramai, Pengguna Indodax Kini Capai 6,8 Juta
Faktor-faktor seperti perkembangan regulasi, adopsi teknologi blockchain, dan sentimen pasar secara keseluruhan akan sangat menentukan arah pergerakan Bitcoin di bulan September 2024.
Antony menegaskan bahwa Indodax akan terus memantau situasi ini dengan seksama dan memberikan layanan terbaik kepada para investor.
Meskipun harga Bitcoin saat ini menunjukkan sedikit penurunan, optimisme tetap ada terhadap Bitcoin sebagai aset investasi.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap pada Minggu (1/9) pukul 14.00 WIB, harga Bitcoin berada di level US$58.191, terkoreksi sekitar 1,63% dalam 24 jam terakhir dan turun sekitar 9,13% dalam 7 hari terakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News