kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.440.000   -4.000   -0,28%
  • USD/IDR 15.339   1,00   0,01%
  • IDX 7.829   -2,64   -0,03%
  • KOMPAS100 1.196   2,88   0,24%
  • LQ45 970   3,33   0,34%
  • ISSI 228   0,02   0,01%
  • IDX30 495   1,66   0,34%
  • IDXHIDIV20 597   3,35   0,56%
  • IDX80 136   0,44   0,33%
  • IDXV30 140   0,56   0,40%
  • IDXQ30 166   1,10   0,67%

Bitcoin Turun di Bawah US$ 60.000, Pengamat Nilai Jangka Pendek Masih Bearish


Kamis, 29 Agustus 2024 / 15:22 WIB
Bitcoin Turun di Bawah US$ 60.000, Pengamat Nilai Jangka Pendek Masih Bearish
ILUSTRASI. Bitcoin.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin kembali menarik perhatian dengan pergerakan harganya yang sangat fluktuatif. Setelah sempat menyentuh level US$ 64.000, kini kembali turun di bawah US$ 60.000. Penurunan lebih dari 4% ini memicu kekhawatiran akan potensi tren bearish yang lebih panjang, terutama di tengah pasar yang masih mencari arah.

Berdasarkan coinmarketcap.com, harga Bitcoin bertengger di US$ 59.660. Harga itu menguat 1,39% secara harian, tetapi dalam sepekan masih turun 1,95%.

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan, penurunan ini terjadi setelah pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, yang memicu reli ke level tertinggi US$ 65.055 pada hari Jumat (23/8). Namun, sentimen positif ini tidak bertahan lama.

Pekan terakhir Agustus ini, ada beberapa indikator ekonomi Amerika Serikat (AS) meredakan kekhawatiran tentang kemungkinan pelemahan ekonomi AS.

"Hal ini juga mengurangi spekulasi tentang pemangkasan suku bunga agresif oleh The Fed, yang berimbas negatif pada harga Bitcoin," tulisnya dalam keterangan resmi, Kamis (29/8).

Baca Juga: Transaksi Kripto Terus Bertumbuh, hingga Juli Sumbang Pajak Rp 838,56 miliar

Di sisi lain, arus masuk pasar ETF Bitcoin spot di AS yang mencapai total US$ 202,6 juta pada Selasa (27/8) juga sempat mendorong harga Bitcoin ke level tertinggi harian US$ 63.236.

"Namun, aksi jual segera mengikuti, mencerminkan kehati-hatian investor di tengah pasar yang masih diliputi ketidakpastian," sambungnya.

Fyqieh menuturkan, faktor lain yang turut mempengaruhi harga Bitcoin adalah inflasi dan data pengeluaran pribadi di AS. Ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada 2024 dapat meningkatkan permintaan Bitcoin, tetapi inflasi yang tinggi dan peningkatan pengeluaran pribadi dapat meredam harapan pemangkasan suku bunga pada September, yang pada gilirannya bisa berdampak negatif pada harga Bitcoin.

Data dari FedWatch Tool milik CME Group menunjukkan peluang pemotongan suku bunga sebesar 25bps dan 50bps, masing-masing sebesar 65,5% dan 34,5%. Menurutnya, keputusan The Fed ini akan menjadi faktor kunci yang menentukan arah pergerakan Bitcoin dalam beberapa bulan mendatang.

Ia menilai, jika The Fed menunda pemangkasan suku bunga, harga Bitcoin bisa jatuh hingga ke level US$ 55.000, memberikan tekanan tambahan pada pasar.

Karenanya, Fyqieh melihat sentimen pasar secara keseluruhan dalam jangka pendek masih tetap bearish, dengan banyak trader yang mengambil posisi short pada Bitcoin. Ditambah September biasanya menjadi bulan yang menantang bagi Bitcoin, dengan data historis menunjukkan bahwa harga cenderung turun rata-rata 5,64% dalam periode 2013-2022.

"Namun pada September 2023 Bitcoin berhasil mencatat kinerja positif, yang merupakan pertama kali sejak 2016, memberikan sedikit optimisme di tengah pasar yang bearish," terang Fyqieh.

Baca Juga: Investasi Kripto di Indonesia Makin Ramai, Pengguna Indodax Kini Capai 6,8 Juta

Saat ini Bitcoin berada dalam fase konsolidasi yang dikenal sebagai "ReAccumulation Range." Berdasarkan pola historis, fase ini bisa berlangsung hingga beberapa bulan sebelum terjadi lonjakan harga yang signifikan.

"Jika pola ini terulang, Bitcoin bisa mengalami lonjakan harga pada Oktober 2024, seiring dengan reaksi pasar pasca Halving," sebutnya.

Pada siklus sebelumnya, Bitcoin mengalami fase konsolidasi selama 224 hari sebelum akhirnya melonjak. Jika pola ini kembali terulang, Bitcoin berpotensi mencapai level tertinggi sepanjang masa (ATH) pada akhir September 2024. Potensi lonjakan ini juga diperkirakan akan menarik minat investor retail, yang bisa mendorong permintaan lebih tinggi dan mendorong harga menuju level yang lebih tinggi.

Secara teknikal, Bitcoin saat ini berada dalam tren bearish yang lebih besar, sebagaimana ditunjukkan oleh indikator Super Trend pada kerangka waktu 4 hari dan 2 hari. Level resistensi utama terletak di sekitar US$ 68.000, membentuk batas atas pola wedge yang melebar dan menurun.

"Resistensi lainnya berada di US$ 64.500 dan US$ 62.900, yang kini kembali berperan sebagai resistensi setelah penurunan harga baru-baru ini," analisa Fyqieh.

Di sisi dukungan, area kuat teridentifikasi di kisaran US$ 56.000 hingga US$ 57.000, dengan level dukungan tambahan di US$ 58.000 dan antara US$ 60.000 hingga US$ 61.000. Jika Bitcoin jatuh di bawah kisaran US$ 56.000–US$ 57.000, ini bisa memicu penurunan lebih lanjut menuju US$ 53.000 atau bahkan lebih rendah, tergantung pada kondisi pasar yang ada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×