Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Mata uang utama atau major currencies tertekan oleh narasi suku bunga tinggi kembali meningkat. Dolar Amerika Serikat (AS) telah menekuk sekeranjang mata uang.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, pernyataan hawkish dari pejabat-pejabat The Fed memang mengaggetkan investor. Hal itu mengingat data terakhir inflasi AS justru menunjukkan penurunan yang lebih besar dari perkiraan.
“Namun, saya melihat hal ini bukan sesuatu yang bersifat permanen, nada hawkish bisa berbalik dovish setiap saat apabila data-data ekonomi AS kembali lemah,” ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (24/5).
Lukman menilai, memang saat ini probabilitas pemangkasan suku bunga September 2024 sudah turun dari sekitar 60% menjadi sedikit di atas 50%. Ini artinya suku bunga tinggi masih akan bertahan lebih lama lagi.
Baca Juga: FOREX - Dolar AS Menguat Didorong Peningkatan Aktivitas Bisnis
Berdasarkan data Trading Economics, Jumat (24/5) pukul 17.40 WIB, pasangan mata uang atau pairing GPB/USD tercatat melemah 0,27% ke 1,084, EUR/USD menguat tipis sebesar 0,14% ke 1,272. Sementara USD/JPY menguat 0,87% ke 156.
Menurut Lukman, saat ini dolar masih cukup kuat karena semakin mendekati bulan Juni 2024 kala Bank of England (BoE) dan European Central Bank (ECB) yang diperkirakan akan mulai pangkas suku bunga.
Sementara, dolar tidak mendapat dukungan begitu kuat dari adanya konflik dan perang yang memanas di timur tengah. Seperti diketahui, dolar AS dikenal sebagai aset lindung nilai (safe haven) saat ketidakpastian terjadi misalnya perang.
“Faktor safe haven saat ini belum begitu berperan, kecuali ada eskalasi konflik,” imbuh Lukman.
Mata uang utama lainnya seperti Japanese Yen (JPY) juga diperkirakan masih tertekan dalam rentang 150-160. Lukman bilang, USD/JPY tertekan oleh carry traders namun didukung oleh ancaman intervensi Bank of Japan (BoJ).
Sedangkan, EUR dan GBP akan terus tarik menarik dengan dolar seiring rilis data-data ekonomi ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News