kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berbagai Sentimen Mewarnai Pergerakan Rupiah, Simak Prediksi Untuk Senin (27/3)


Minggu, 26 Maret 2023 / 15:47 WIB
Berbagai Sentimen Mewarnai Pergerakan Rupiah, Simak Prediksi Untuk Senin (27/3)
ILUSTRASI. Nilai tukar rupiah berpotensi melemah terbatas terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (27/3).


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah berpotensi melemah terbatas terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (27/3). Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, indikasi ini terlihat dari dolar AS yang diperdagangkan menguat terhadap semua mata uang negara G10, kecuali yen pada Jumat lalu (24/3).

Imbal hasil US Treasury 2 tahun turun 13 basis points (bps) menjadi 3,71%. "Hal ini sejalan dengan ekspektasi pasar terkait peluang kenaikan suku bunga The Fed pada bulan Mei 2023 yang mendekati nol," kata Josua saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (26/3).

Dari rilis data ekonomi AS, S&P Global PMI AS secara tidak terduga naik di atas 50. Sementara itu, berdasarkan Federal Reserve Bank of New York, ukuran aktivitas inflasi AS melambat menjadi 4,75% pada bulan Februari 2023.

Lebih lanjut, penguatan dolar AS juga dipengaruhi sentimen Deutsche Bank yang menjadi fokus terbaru dari kekhawatiran atas kesehatan sektor perbankan Eropa. Meskipun demikian, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengatakan kepada para pemimpin Uni Eropa bahwa sektor perbankan di kawasan Eropa kuat.

Baca Juga: Meski The Fed Kerek Suku Bunga, BI Diramal Tetap Tahan Suku Bunga hingga Akhir 2023

Sementara itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi tetapi ditutup menguat pada Senin (27/3). Rupiah mendapatkan sentimen positif dari laporan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang menyatakan bahwa negara-negara berkembang di Asia, termasuk Indonesia tidak akan terlalu terdampak dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

Pasalnya, ekonomi China terus bergulir sehingga ikut memutar roda perekonomian Indonesia. Selain itu, OECD memperkirakan inflasi Indonesia pada sekitar tahun 2023 hingga 2024 akan melandai meski tak langsung ke level rendah. Inflasi Indonesia pada tahun 2023 akan berada di level moderat.

Di sisi lain, OECD tetap melihat tantangan yang membayangi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, yakni ketegangan geopolitik yang masih belum tahu kapan akan berakhir. "Hal ini berdampak terhadap risiko pangan dan energi," ucap Ibrahim.

Baca Juga: Rupiah Menguat 1,25% Dalam Sepekan, Berikut Faktor Penopangnya

Kemudian, suku bunga yang lebih tinggi akan memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi dan dapat menyebabkan masalah keuangan. Banyak negara berkembang akan menghadapi kesusahan akibat membengkaknya utang serta defisit seiring kenaikan suku bunga acuan global. 

Ibrahim memperkirakan, kurs rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 15.120 per dolar AS-Rp 15.190 per dolar AS pada Senin (27/3). Sementara Josua memprediksi rupiah bakal bergerak dalam kisaran Rp 15.125 per dolar AS-Rp 15.225 per dolar AS.

Berdasarkan Bloomberg, rupiah menguat signifikan sebesar 1,25% ke level Rp 15.153 per dolar AS pada perdagangan Jumat (24/3). Sementara itu, merujuk kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, kurs rupiah ditutup di Rp 15.189, dari Rp 15.349 pada hari perdagangan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×