kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah Menguat 1,25% Dalam Sepekan, Berikut Faktor Penopangnya


Minggu, 26 Maret 2023 / 05:45 WIB
Rupiah Menguat 1,25% Dalam Sepekan, Berikut Faktor Penopangnya


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah menguat signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebesar 1,25% ke level Rp 15.153 per dolar AS pada perdagangan Jumat (24/3). Dalam sepekan, rupiah juga menguat 1,25% dari posisi penutupan Jumat pekan lalu di Rp 15.345 per dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, Jumat (24/3), kurs rupiah ditutup di Rp 15.189 per dolar. Dibandingkan Jumat pekan lalu yang berada di Rp 15.364, rupiah menguat 1,13% dalam sepekan.

Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 basis points (bps) pada Rabu (22/3) sebenarnya sesuai dengan perkiraan pasar. Alhasil, langkah The Fed tersebut sebenarnya tidak menguatkan atau melemahkan rupiah.

Akan tetapi, dari pernyataannya, The Fed membuka opsi untuk menurunkan suku bunga acuan pada tahun ini. "Hal ini terdengar dovish sehingga melemahkan dolar AS," ucap Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (24/3).

Baca Juga: Berotot, Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 15.153 Per Dolar AS Pada Hari Ini (24/3)

Namun, Lukman melihat, efek dari hasil Federal Open Market Committee (FOMC) meeting ini sudah hampir tidak ada. Oleh sebab itu, penguatan maupun perlemahan rupiah ke depannya akan tergantung dengan sentimen di pasar yang akan fokus pada perkembangan seputar kejatuhan perbankan di AS dan Eropa.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menambahkan, rupiah juga mendapatkan sentimen positif dari laporan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Lembaga tersebut menyatakan bahwa negara-negara berkembang di Asia, termasuk Indonesia tidak akan terlalu terdampak dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

Pasalnya, ekonomi China terus bergulir sehingga ikut memutar roda perekonomian Indonesia. Selain itu, OECD memperkirakan inflasi Indonesia pada sekitar tahun 2023 hingga 2024 akan melandai meski tak langsung ke level rendah. Inflasi Indonesia pada tahun 2023 akan berada di level moderat.

Baca Juga: Kian Perkasa, Rupiah Spot Menguat ke Rp 15.180 Per Dolar AS Pada Tengah Hari Ini

Di sisi lain, OECD tetap melihat tantangan yang membayangi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, yakni ketegangan geopolitik yang masih belum tahu kapan akan berakhir. "Hal ini berdampak terhadap risiko pangan dan energi," ucap Ibrahim.

Kemudian, suku bunga yang lebih tinggi akan memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi dan dapat menyebabkan masalah keuangan. Banyak negara berkembang akan menghadapi kesusahan akibat membengkaknya utang serta defisit seiring kenaikan suku bunga acuan global. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×