kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.774   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.471   -8,29   -0,11%
  • KOMPAS100 1.155   0,80   0,07%
  • LQ45 915   1,71   0,19%
  • ISSI 226   -0,58   -0,26%
  • IDX30 472   1,50   0,32%
  • IDXHIDIV20 570   2,43   0,43%
  • IDX80 132   0,27   0,20%
  • IDXV30 140   1,10   0,79%
  • IDXQ30 158   0,52   0,33%

Beragam sentimen positif berhembus, kinerja ICBI cenderung stagnan


Minggu, 13 Januari 2019 / 21:11 WIB
Beragam sentimen positif berhembus, kinerja ICBI cenderung stagnan


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun, kinerja pasar surat utang dalam negeri yang tercermin dalam Indonesia Composite Bond Index (ICBI) cenderung stagnan. Padahal, beragam sentimen positif sedang berhembus ke pasar keuangan dalam negeri.

Berdasarkan data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Jumat (11/1), kinerja ICBI turun tipis 0,03% secara year to date ke level 240,996. Asal tahu saja, pada akhir Desember 2018, ICBI ada di posisi 241,0615.

Pelemahan pada ICBI disumbang oleh kinerja obligasi pemerintah yang tercermin dalam INDOBeX Government Total Return yang terkoreksi 0,06% (ytd) menjadi 236,3544. Padahal, kinerja obligasi korporasi dalam INDOBeX Corporate Total Return mencetak hasil positif setelah naik 0,21% (ytd) ke posisi 263,4249.

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Lili Indarli mengatakan, pekan ini pasar obligasi berpotensi masih bergerak datar meski memiliki sejumlah katalis positif.

Beberapa sentimen positif yang sebenarnya dapat mengangkat ICBI. Pertama, meredanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

Potensi perang dagang berakhir di tahun ini semakin besar terlebih setelah pertemuan kedua negara adikuasa tersebut yang diwakili pejabat setara menteri berakhir positif.

Kedua, nada dovish yang dilontarkan The Federal Reserve terkait rencana kenaikan suku bunga acuan. Terakhir, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan, pihaknya akan lebih fleksibel dan berhati-hati terkait kebijakan suku bunga.

Ketiga, penguatan kurs rupiah di awal tahun ini. Sepanjang 2019, mata uang Garuda tersebut sudah menguat 2,38% menjadi Rp 14.048 per dollar AS pada akhir pekan lalu.

Lili pun melihat, walaupun peluang penguatan masih tinggi tetapi ICBI dapat bergerak sideways. Ini dipicu aksi pasar yang memilih untuk wait and see menanti rilis neraca dagang Indonesia bulan Desember yang dirilis pada Selasa (15/1).

"Jika data neraca perdagangan domestik dan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI tersebut melampaui atau sesuai dengan konsensus pasar maka kinerja pasar obligasi diprediksi dapat melaju positif," kata dia. Namun, jika sebaliknya yang terjadi, kinerja ICBI pun dapat kembali melemah.

Sementara, Dandi Hidayat Natanagara, Fund Manager PT Phillip Asset Management bilang, pergerakan ICBI di pekan ketiga bulan ini baru bergerak naik. Hal ini seiring dengan data ekonomi dalam negeri yang ciamik.

Dia menambahkan, pasar ICBI masih cenderung bergerak mendatar karena investor sedang memanfaatkan rally di pasar saham. Selain itu invetsor juga masih berhati-hati karena menunggu rilis data dalam negeri.

Di sisi lain, analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan mengatakan, pelaku pasar juga harus waspada karena risiko di pasar obligasi dalam negeri masih ada.

"Ketidakpastian volatilitas eksternal masih tinggi di tahun ini, terutama masalah government shutdown di AS," jelas dia. Jika tutupnya pemerintahan Negeri Paman Sam berlanjut, kekhawatiran pasar global terkait potensi perlambatan ekonomi di AS semakin meningkat.

Meski begitu, dia optimistis, yield seri acuan tenor 10 tahun bisa turun ke level 7,4%. Per Jumat (11/1), yield untuk FR78 ini ada di posisi 7,945%. Sentimen positif tersebut datang dari nilai tukar rupiah yang menguat serta inflasi stabil terkendali di level 3,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×