kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Bentoel meraih pinjaman Rp 2 triliun


Senin, 03 September 2012 / 07:27 WIB
Bentoel meraih pinjaman Rp 2 triliun
ILUSTRASI. Budi Santoso direktur independen KINO, Harry Sanusi Presdir KINO, Budi Muljono Direktur KINO dalam RUPS PT Kino Indonesia (KINO)


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. PT Bentoel Internasional Investama Tbk akhirnya memperoleh dana segar. Produsen rokok itu mendapatkan pinjaman Rp 2 triliun, Rabu (29/8) lalu.

Bentoel tidak memberikan info detail pendanaan, termasuk identitas kreditur, suku bunga tenor utang tadi. Yang pasti, di perjanjian pinjaman itu, Bank CIMB Niaga bertindak sebagai wali amanat transaksi. Sekretaris Perusahaan Bentoel, Jusuf Salman, menyebutkan, dana pinjaman akan digunakan untuk dua kebutuhan.

Pertama, Bentoel akan melunasi (refinancing) kewajiban Obligasi Bentoel I Tahun 2007. Bentoel memiliki obligasi Rp 1,35 triliun yang jatuh tempo November 2012. Selain refinancing obligasi, Bentoel akan memakai pinjaman untuk memenuhi kebutuhan modal kerja. "Dana pinjaman juga untuk pembiayaan capital expenditure periode 2012-2013," tutur Jusuf, akhir pekan lalu.

Andre Willem Joubert, Direktur Bentoel, pernah menyatakan, emiten itu menganggarkan capital expenditure (capex) di tahun ini senilai Rp 450 miliar, atau naik 28,57% dari capex 2011.

Secara total, Bentoel mengucurkan capex Rp 1 triliun dalam tiga tahun terakhir. Bentoel akan menggunakan capex untuk beberapa kebutuhan seperti memperbaiki infrastruktur serta teknologi produksi. Bentoel juga siap memperbaiki dan memperluas cabang distribusi di seluruh Indonesia.

Emiten berkode saham RMBA ini membutuhkan sumber eksternal untuk menutupi capex tahun ini karena posisi kas internal jauh dari mencukupi untuk menambal kebutuhan capex. Pada akhir Desember 2011, posisi kas dan setara kas RMBA hanya senilai Rp 88,34 miliar. Per akhir Juni 2012, kas Bentoel, bahkan, turun menjadi Rp 82,32 miliar.

Bentoel tengah berpacu dengan waktu untuk berekspansi. Perluasan diperlukan Bentoel untuk mengembalikan pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan. Maklum, hingga paruh pertama tahun ini, laporan keuangan Bentoel terbilang jeblok. Bentoel harus menanggung rugi bersih
Rp 156,14 miliar. Padahal, di periode sama tahun lalu, Bentoel masih meraup laba senilai Rp 235,15 miliar.

Dari sisi penjualan, Bentoel masih bisa meraup Rp 4,79 triliun per akhir Juni 2012, naik tipis dari semester I-2011 senilai Rp 4,70 triliun. Tapi pertumbuhan beban pokok penjualan menggerus kenaikan pendapatan. Di semester I-2012, Bentoel menanggung beban pokok penjualan Rp 4,06 triliun, tumbuh 13% year-on-year. Kenaikan beban penjualan memang wajar, mengingat tarif cukai rokok di Indonesia selalu naik mengikuti inflasi.

Demi mengatasinya, RMBA fokus menggarap produk segmen premium lewat merek Dunhill. Produk itu dianggap lebih menguntungkan daripada rokok segmen yang lebih murah. Perseroan juga akan menaikkan harga jual rokok, sebagai cara mengompensasi kenaikan tarif cukai. Tapi kenaikan harga jual akan bertahap, dengan mempertimbangkan kebijakan kompetitor dan pasar.

Managing Partner Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, menilai, prospek RMBA tak terlalu bagus, baik dari sisi industri maupun internal perusahaan. Saat ini, tekanan terhadap industri rokok terbilang kuat terutama di skala global. Baru-baru ini, pemerintah Australia telah mengeluarkan undang-undang yang mengatur pelabelan rokok.

Dus, Kiswoyo tak menyarankan saham emiten rokok, termasuk RMBA, sebagai wadah investasi jangka panjang. "Risikonya terlalu besar kalau melakukan investasi di saham rokok," kata dia.

Di sisi lain, saham RMBA tidak terlalu menarik sebagai investasi jangka pendek alias trading. Investor sebaiknya membeli saham emiten rokok yang lain, terutama saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM), jika ingin trading. "Likuiditasnya lebih bagus sehingga investor bisa keluar masuk lebih cepat tanpa khawatir sahamnya nyangkut," ungkap Kiswoyo. Harga saham RMBA, Jumat (31/8) pekan lalu, ditutup menurun 1,69% menjadi Rp 580 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×