Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. No pain, no gain menjadi kalimat yang dipegang erat oleh Djohan Sutanto, Direktur PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), dalam berinvestasi. Perjalanan investasi pria lulusan Manajemen Universitas Tarumajaya ini juga cukup panjang lantaran dimulai sejak masih duduk di bangku kuliah.
"Tahun ketiga kuliah saya sudah mulai bekerja," cerita Djohan kepada KONTAN beberapa waktu lalu.
Dua tahun pertama dalam karirnya, Djohan mengumpulkan dana dengan menabung dan tahun ketiga mulai menginvestasikan uangnya. Apalagi Djohan mengaku menyukai membaca buku dan 50% dari buku yang dibacanya merupakan buku-buku motivasi dan investasi. "Ini saya lakukan dengan harapan karir saya membaik juga," ungkapnya.
Baca Juga: Direktur ERAA Djohan Sutanto, Membagi Portofolio Berdasarkan Risiko
Aset pertama yang dibelinya adalah emas, dengan pertimbangan imbal hasil yang sedang bagus-bagusnya. Selain itu, emas juga memiliki fisik yang bisa dipegang sedangkan saham tidak memiliki fisik.
Hanya saja, seiring berjalannya waktu ia merasa imbal hasil dari emas tidak secepat sebelumnya. Alhasil, Djohan mulai beralih ke aset saham setelah banyak belajar dengan senior-seniornya.
Barulah kemudian, setelah menyisihkan dana dari keuntungan investasi serta tabungannya, Djohan juga memilih properti sebagai diversifikasi lain dari portofolionya. Pemilihan properti ini juga untuk menunjang portofolionya secara jangka panjang lantaran pada tahun itu pertumbuhan imbal hasil properti cenderung cepat, kendati tidak likuid.
Melebarkan instrumen
Selama perjalanannya, crash di pasar keuangan juga mendorongnya berhenti di investasi saham. Dia melebarkan pandangannya ke instrumen reksadana dan obligasi. Pemilihan kedua instrumen tersebut juga mempertimbangkan tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan saham.
"Pertimbangan saya dalam berinvestasi harus di atas bunga bank, sehingga risiko dengan uang yang diinvestasikan seimbang," kata Djohan.
Hanya saja tak bertahan lama, sebab imbal hasil reksadana mengalami penurunan dan imbal hasil dari obligasi juga cenderung stabil. Sehingga, Djohan memutuskan kembali ke pasar saham.
Kembalinya ke pasar saham juga telah membawa banyak ilmu. Sehingga, Djohan mulai menata portofolionya dengan lebih fokus.
Pria yang berdomisili di Jakarta Utara ini bercerita bahwa sebelumnya ia memegang lebih dari 10 saham dan hasilnya tidak sebaik yang diharapkan lantaran kesibukannya membuatnya tidak dapat memberikan perhatian lebih pada portofolionya tersebut.
Dus, dia mencoba lebih fokus dengan menjaga di 5-6 saham. Adapun dua saham difokuskan untuk jangka panjang, dua saham saham untuk jangka menengah, dan sisanya untuk trading, yang tentunya sahamnya terus berubah juga.
"Hasilnya lebih bagus, bahkan untuk saham jangka panjang sudah memiliki imbal hasil melebihi emas," ceritanya.
Djohan juga tak menutup mata atas perkembangan zaman. Sehingga, portofolionya juga berkembang dengan masuk ke aset kripto. Hanya saja, ia mengaku lebih banyak ruginya dibandingkan keuntungannya.
Disiplin jadi kunci
Namun dari pengalaman itu, Djohan belajar untuk berani cut loss. Menurutnya, kedisiplinan sangat penting untuk menjaga portofolio tetap seimbang karena pergerakan harga, khususnya kripto sangat volatile.
Karenanya, Djohan berprinsip dalam investasi kripto untuk disiplin cut loss saat penurunan sudah mencapai 2% dan ambil untung saat sudah naik 4%-5%. Hal itu juga dikarenakan ia tidak melihat jangka panjang untuk aset kripto.
"Namun seperti kata orang no pain no gain, jadi kalau tujuannya gain tentu harus siap dengan pain," selorohnya.
Baca Juga: CEO Grow Investments Indonesia Yenwy Wongso: Investasi Adalah Seni
Oleh sebab itu pula, Djohan juga membagi portofolionya berdasarkan risikonya. Sebesar 30% portofolio di aset aman dalam bentuk properti, lalu 40% dalam bentuk cash, deposito, dan emas. Terakhir, sebesar 30% dalam bentuk saham, reksadana, obligasi, dan kripto.
Dia pun menjelaskan dari masing-masing kategori yang berbeda hanya porsinya. "Jadi bervariasi, saat ada berita bagus di saham, maka porsinya lebih besar saham dan begitu selainnya," jelasnya.
Dari berbagai pengalamannya dalam berinvestasi, Djohan menyarankan anak muda yang ingin berinvestasi untuk benar-benar memahami semua jenis instrumennya terlebih dahulu. Lalu mempelajari risiko, serta imbal hasil yang ditawarkan. Menurutnya, ketiga elemen tersebut menjadi dasar pemilihan portofolio investasi.
"Kalau risiko dan return ini berkaitan erat, semakin tinggi return maka risikonya juga tinggi," tegasnya.
Nah, kalau mau masuk ke instrumen saham, yang kebetulan dirinya juga memang banyak berkecimpung di dalamnya, ia menganjurkan untuk menelisik tentang perusahaan yang diincar. Sebab, sangat banyak perusahaan yang hanya sebentar naik lalu kemudian ditinggal.
Sehingga, perlu untuk mengetahui latar belakang perusahaan tersebut mulai dari berapa lama perusahaan itu sudah berdiri hingga berapa lama sudah masuk ke pasar saham. Lalu juga bagaimana tren pergerakan harga historisnya.
"Tidak kalah penting bahwa dana investasi ini nomor satu sehingga harus mengetahui momentum untuk masuk di waktu yang tepat," tuturnya.
Baca Juga: Ketidakpastian Tinggi, Intip Instrumen Investasi yang Bisa Dilirik
Untuk mengetahui momentum tepat ini tak lepas dari harus banyak-banyak berkonsultasi. Apalagi saat ini sudah banyak grup-grup yang bisa memberikan informasi tersebut, sehingga lebih mudah. Menurutnya, setelah terbiasa maka investor akan semakin memahami waktu yang tepat untuk masuk, keluar, ataupun untuk cut loss.
Selain itu investor harus memahami untuk menggunakan uang dingin serta diversifikasi guna menjaga keseimbangan portofolionya.
Hobi aktivitas outdoor
Djohan yang yang menjabat direksi Erajaya Swasembada ini menyukai menyukai kegiatan outdoor, utamanya yang berkaitan dengan alam. Ia mengaku bahwa setiap tahun selalu meluangkan waktunya untuk pergi menekuni hobinya, diving. Bahkan dirinya telah memiliki dive blog yang banyak.
"Saya mulai diving sejak 10 tahun yang lalu," ceritanya.
Sebagai negara tropis, kata Djohan, Indonesia memiliki alam bawah laut dengan karang-karang yang indah. Destinasi favoritnya adalah Raja Ampat. Ia mengaku telah lebih dari lima kali untuk diving di sana.
Selain itu, tempat diving favorit lainnya di Maratua dan Derawan. Walaupun memang, untuk mencapai destinasi itu dibutuhkan usaha yang lebih, tetapi menurutnya semua usaha itu sesuai dengan keindahan yang bisa dinikmatinya.
"Saya juga sudah persiapan di bulan enam nanti akan pergi Maratua," imbuh Djohan.
Selanjutnya: Menteri Erick Thohir: Di UU BUMN Baru, BUMN Boleh Ganti Model Bisnis Secara Cepat
Menarik Dibaca: 5 Drama Korea Ini Tampilkan Healthy Relationship Penuh Cowok Green Flag
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News