Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Visioner menggambarkan perjalanan investasi seorang Pie Titin Suryani. Sebab, wanita yang didapuk menjadi pemimpin di salah salah satu perusahaan sineas ini senantiasa memastikan prospek objek investasinya sebelum benar-benar terjun di dalamnya.
"Jika orang memulai bisnis kecil-kecil, tetapi saya berani masuk jika saya lihat akan menjadi besar. Kalau tidak akan menjadi besar, tidak akan diambil," cerita Titin kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu.
Dia pernah diajak koleganya untuk investasi pada toko yang bisa dijadikan untuk jualan baju atau menjadikannya sebagai restoran. Namun ajakan itu ditolaknya lantaran tidak ada minatnya.
"Walaupun dana ada, jika saya memang tidak berminat untuk usaha yang belum memahami prospek perkembangan yang jelas dan menyeluruh, akan sulit bagi saya untuk masuk," kata dia.
Baca Juga: Properti Dominasi Investasi Bambang Brodjonegoro
Karenanya, Titin merasa sebagai pribadi yang cukup berhati-hati dalam berinvestasi. Namun, saat prospeknya jelas, wanita yang meraih gelar sarjana akuntansi dari Universitas Kristen Krida Wacana ini akan dengan berani masuk.
Dicontohkan usahanya saat ini, yakni PT Verona Indah Pictures Tbk (VERN). Dia memahami bahwa prospek dari rumah produsi sangat besar, mengingat jumlah penonton film Indonesia yang mencapai sekitar 60 juta orang per tahun.
Ditambah, pengalamannya selama 25 tahun dalam industri rumah produksi, sineas-sineas bagus yang semakin banyak bermunculan, serta menyangkut orang banyak. Hal itu mendorong Titin untuk maju, walaupun turut menyadari risiko yang besar pula.
"Kami berdiskusi dan membuka peluang. Jadi risiko diimbangi dengan visi yang jelas," sebutnya.
Baca Juga: Tips Investasi ala Noviady Wahyudi, Konsisten Berinvestasi Sejak Muda
Meski cukup agresif di sektor riil, Titin justru lebih menghindari risiko pada instrumen investasi meski tak membatasinya memiliki aset portofolio. Perjalanan investasi Titin dimulai pada tahun 2000 dengan bermodalkan dari gaji bekerjanya.
Karena lebih berhati-hati, Titin memilih instrumen reksadana. Sehingga dari uang tabungannya di bank, dia menyerahkan kepada advisory account bank tempatnya menabung. "Karena untuk saham pada saat itu saya belum berani," kenangnya.
Namun dari sana, Titin juga berkenalan dengan saham dan obligasi. Diceritakan, dibandingkan obligasi, Titin mengalokasikan dananya pada saham lantaran obligasi membutuhkan jangka waktu yang panjang sehingga uangnya terkesan mati.
Dengan demikian, saat ini Titin memiliki portofolio investasi pada tiga instrumen, yakni reksadana, saham, dan bisnis. Dari ketiganya, bisnis menjadi yang paling disukai sehingga mengalokasikan 80% dari alokasi dananya. Sementara di reksadana dan saham, masing-masing sebesar 10%.
Baca Juga: CEO Grow Investments Indonesia Yenwy Wongso: Investasi Adalah Seni
Maklum, investasi pada bisnis merupakan tanggung jawab, bukan kepada diri sendiri, melainkan kepada seluruh pihak yang terlibat. Selain itu, perusahaan ibarat bayi, tentunya harus dirawat supaya tumbuh dengan sehat.
"Tentunya juga saya bercita-cita menjadi lebih besar dan bagi saya berada di dunia bisnis, terutama film ada rasa malu jika produk yang dihasilkan kurang. Apalagi karena dunia ini dunia hiburan," ujar dia.
Di sisi lain, meski alokasi pada reksadana dan saham cenderung mini, Titin bercerita memiliki pengalaman yang menyenangkan di tahun 2007. Dia memperoleh gain sebesar 45% dalam sebulan. Karena itu juga Titin tetap mempertahankan portofolio investasinya tersebut.
Dari perjalanannya itu, Titin banyak belajar bahwa jejaring diperlukan untuk keberhasilan dari investasi. Hal itu berkaca dari pengalaman keuntungan yang diperolehnya, yang mana dirinya mendapatkan info dari rekannya.
Baca Juga: Lo Kheng Hong : Bank Digital Sulit Jadi Bank Besar, Bank Besar Bisa Jadi Bank Digital
Selain itu, dengan memiliki jaringan yang luas dia juga bisa banyak belajar. Titin bercerita bahwa sebelum menduduki posisi saat ini, dia juga bekerja untuk orang lain. Namun, dari pengalaman itu dia banyak mempelajari sebuah perusahaan itu beroperasi.
"Saya memang banyak belajar bisnis dari pengalaman-pengalaman itu," ujarnya.
Apalagi, Titin bilang bahwa hokinya cukup besar karena walaupun baru lulus kuliah, dirinya bisa memperoleh akses langsung kepada para eksekutif tempat perusahaannya bekerja.
"Memang, jika terbiasa bergaul dengan 'top' jadi bisa tahu arahannya ke mana, bahkan suka diberikan saran dan arahan jika ingin membangun bisnis sendiri. Jadi itu memacu semangat saya terus belajar dan dari sana bisa melihat kira-kira ada peluang begini begitu," ceritanya.
Dengan berbagai pengalaman itu, Titin menyarankan penting untuk memahami instrumen yang dipilih dan karakter diri. Hal itu bertujuan untuk dapat mengamil keputusan dengan kepala dingin. Selain itu, tentunya juga don't put the egg in the same box untuk mengantisipasi situasi yang cepat berubah-ubah.
Selanjutnya: Intip Jadwal KRL Jabodetabek Lengkap Hari Ini Sabtu, 21 Desember 2024
Menarik Dibaca: Gratis 1 Liter Coca-Cola Pesan Big Box Bites di Promo Pizza Hut sampai 31 Desember
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News