kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.902.000   -10.000   -0,52%
  • USD/IDR 16.450   167,00   1,00%
  • IDX 6.816   48,94   0,72%
  • KOMPAS100 985   6,24   0,64%
  • LQ45 763   1,83   0,24%
  • ISSI 216   1,39   0,64%
  • IDX30 397   1,52   0,38%
  • IDXHIDIV20 474   2,31   0,49%
  • IDX80 111   0,22   0,20%
  • IDXV30 115   -0,82   -0,71%
  • IDXQ30 130   0,67   0,52%

Belajar Investasi Ala Consumer Banking Director UOB Indonesia, Cristina Teh Tan


Jumat, 02 Mei 2025 / 20:25 WIB
Belajar Investasi Ala Consumer Banking Director UOB Indonesia, Cristina Teh Tan
ILUSTRASI. Cristina Teh Tan, Consumer Banking Director UOB Indonesia. 


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi bukanlah sebuah lomba sprint, tetapi maraton. Kalimat itu yang dipegang Cristina Teh Tan dalam membangun kekayaannya melalui investasi.

Wanita yang saat ini menduduki jabatan Consumer Banking Director UOB Indonesia ini bercerita awal mula merintis perjalanan investasinya pada periode 1990-an. Ia menuturkan memulai investasinya pada usia yang cukup muda. "Sekitar pertengahan usia 20-an," ceritanya kepada KONTAN.

Keputusan berinvestasi di usia yang relatif muda itu didorong dari berbagai faktor. Salah satunya adalah minat pribadi terhadap perencanaan keuangan dan keinginan untuk membangun kekayaan jangka panjang.

Walaupun memang, lanjut wanita dengan gelar Bachelor Degree in Applied Economics dan Bachelor Degree in Commerce ini, latar belakang pendidikannya tidak secara langsung berkaitan dengan investasi. Hanya saja hal itu tetap memberikan dasar dalam memahami konsep finansial dan pengambilan keputusan.

Kesadaran untuk mulai berinvestasi juga muncul dari lingkungan sekitar, terutama orang-orang yang secara finansial lebih mapan, yang membuatnya percaya bahwa investasi adalah salah satu cara efektif untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang.

"Saya selalu percaya bahwa semakin dini kita mulai berinvestasi, hasilnya akan semakin maksimal dalam jangka panjang," tegasnya.

Instrumen pertama yang dipilihnya saat itu deposito dan obligasi. Pertimbangannya, instrumen dasar tersebut memiliki risiko yang rendah. Selain itu, kedua instrumen itu juga dinilai cukup mudah dipahami untuk pemula dan sangat likuid.

Baca Juga: Tips Investasi Presdir Doo Financial Futures Ariston Tjendra, Gunakan Uang Dingin

Apalagi, kata Cristina, saat itu banyak orang mengenal obligasi dan deposito dari bank atau penasihat keuangan mereka, yang merekomendasikan instrumen-instrumen tersebut yang relatif aman dan stabil. Untuk deposito, itu adalah salah satu cara paling umum untuk menyimpan uang sambil mendapatkan imbal hasil, terutama ketika suku bunga tidak terlalu tinggi.

"Media seperti iklan komersial, koran, atau majalah juga cukup sering membahas investasi jenis ini, sehingga semakin dikenal luas oleh masyarakat," ceritanya.

Selain itu, wanita berkebangsaan Filipina ini juga menyadari bahwa dirinya cenderung konservatif dan cukup berhati-hati dalam mengambil risiko. Dus, perkembangan instrumen investasinya juga cenderung ke instrumen dengan risiko yang rendah.

Walaupun memang, terjadi pergeseran komposisi seiring perkembangan karir, terutama saat mulai berkecimpung di dunia perbankan dan pemahamannya tentang produk investasi semakin dalam. Cristina pun mulai mengubah komposisi investasinya dari yang sebelumnya lebih besar di deposito menjadi ke obligasi.

Lalu sekitar pertengahan tahun 2000-an, Cristina mulai masuk ke reksadana, terutama yang berbasis pendapatan tetap dan campuran dan hanya sebagian kecil ditempatkan pada saham.

"Saat ini, portofolio saya masih mencakup ketiganya, dengan porsi terbesar di obligasi pemerintah, kemudian deposito, dan terakhir reksadana saham," sebutnya.

Adapun rincian alokasinya di obligasi 60%, 25% di deposito, dan 15% reksadana saham. Namun dirinya menegaskan bahwa komposisi tersebut senantiasa berubah-ubah tergantung dari pergerakan nilai asetnya.

"Karena itu saya biasanya melakukan penyesuaian satu hingga dua kali dalam setahun," sebutnya.

Baca Juga: Belajar dari Strategi Investasi ala Dirut Digital Mediatama Maxima Budiasto Kusuma

Nah, investasi jangka panjang dilakukan penyesuaian dengan pertimbangan ketika ada perubahan besar di kondisi pasar. Sementara untuk investasi jangka pendeknya lebih ditentukan oleh kebutuhan dana yang akan digunakan, apakah dana yang tersedia cukup untuk memenuhi tujuan keuangan jangka pendeknya atau belum.

Bagi Cristina, berinvestasi itu penting pada produk yang sesuai dengan profil risiko. Ini supaya bisa tetap tidur nyenyak tanpa khawatir terhadap kondisi pasar.

Lalu, penting untuk mendiversifikasi portofolio. Sebab, sebaik apapun dalam mengelola investasi, selalu ada hal tak terduga yang bisa terjadi di pasar.

Hal itu berangkat dari pengalamannya saat menghadapi dua kali krisis keuangan besar. "Memiliki portofolio yang terdiversifikasi sangat membantu mengurangi potensi kerugian. Saat pasar saham anjlok, imbal hasil obligasi biasanya turun, yang berarti harga obligasi naik dan bisa menyeimbangkan kerugian di pasar saham," ceritanya.

Dari perjalanan investasinya itu, wanita berusia 53 tahun ini menyarankan untuk memulai investasi sedini mungkin. "Tidak perlu mengalokasikan sebagian besar penghasilan, yang penting mulai dulu karena membangun kekayaan itu butuh waktu, dan semakin awal mulai, hasilnya akan semakin besar. Percayalah, kekuatan compounding itu nyata," tegasnya.

Pelajaran lainnya adalah tetap berinvestasi dan jangan menaruh semuanya di satu tempat. Lalu, Jangan cepat menjual hanya karena keuntungan kecil, melainkan biarkan investasinya tumbuh dan bekerja untuk kita.

"Investasi itu proses, bukan sebuah lomba. Selama tujuan belum tercapai, tetaplah bertahan," imbuhnya.

Baca Juga: Tips Investasi Sandra Sunanto, Dirut Hartadinata: Bertumpu pada Nilai dan Stabilitas

Selanjutnya: Program Desa Energi Berdikari Pertamina Dorong Produksi Pangan Desa

Menarik Dibaca: Cara Cek Bansos PKH Mei 2025: Mudah Lewat HP dan Aplikasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×