kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.704.000   -3.000   -0,18%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Belajar dari Strategi Investasi ala Dirut Digital Mediatama Maxima Budiasto Kusuma


Jumat, 21 Februari 2025 / 18:09 WIB
Belajar dari Strategi Investasi ala Dirut Digital Mediatama Maxima Budiasto Kusuma
ILUSTRASI. Direktur Utama PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) Budiasto Kusuma.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi Direktur Utama PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) Budiasto Kusuma, suatu krisis selalu menawarkan dua hal: tantangan sekaligus peluang. Melalui kalkulasi dan strategi yang tepat, krisis bisa menjadi momentum untuk menjaring cuan dari investasi.

Budiasto menilai supaya bisa memetik buah manis di tengah krisis, langkah pertama yang perlu dicermati adalah penyebab terjadinya krisis tersebut. Hal ini penting untuk menentukan strategi dalam mengintip peluang sekaligus memitigasi risikonya.

Contohnya dalam krisis tahun 1998, penyebabnya adalah kombinasi dari faktor ekonomi dan politik. Krisis ini memberikan memori yang muram bagi Budiasto. Kala itu, usaha keluarganya terguncang, dan dia tak jadi melanjutkan kuliah ke luar negeri.

"Saya sempat survei, cari-cari kampus di Australia. Pas balik ke sini, sudah kerusuhan, dolar juga udah enggak keruan. Enggak masuk kalkulator, nol-nya jadi banyak banget (estimasi biaya kuliah berubah drastis)," kenang Budiasto saat ditemui Kontan.co.id, belum lama ini.

Baca Juga: 5 Barang yang Harus Setop Dibeli oleh Kelas Menengah Menurut Warren Buffett

Berbeda dari tahun 1998, krisis ekonomi pada tahun 2008 lebih bersifat eksternal. Gonjang-ganjing pada 2008 terjadi akibat krisis keuangan di Amerika Serikat, imbas dari kasus kredit perumahan dengan skor kredit rendah alias subprime mortgage.

Di sekitar krisis, antara tahun 2007-2008 ini Budiasto mulai menyelami dunia investasi. Kala itu, dia tak mau banyak mengambil risiko di tengah sektor keuangan yang baru terkena krisis. Budiasto pun memulai investasi dari instrumen reksadana. 

"Di awal belum berani langsung berenang, jadi cari yang lebih aman dulu. Awalnya reksadana pendapatan tetap, masuk ke campuran, lalu pasar uang," kata pria yang pernah menjabat sebagai General Marketing Manager di PT Modern International Tbk ini.

Butuh waktu sekitar lima tahun bagi Budiasto untuk berani terjun langsung ke pasar saham. Di sekitar tahun 2012, Budiasto rajin mengikuti seminar edukasi tentang "menabung saham". Dus, orientasi Budiasto lebih mengarah pada saham-saham berfundamental kuat.

"Lagi pula sebagai profesional, nggak ada waktu untuk trading, jadi pilih saham yang fundamental, campur dengan dividen gain. Hasilnya lumayan stabil, yang penting bisa mengalahkan deposito," kata Budiasto.

Memanfaatkan peluang

Tak ada yang menduga, pada tahun 2020 dunia menghadapi krisis akibat pandemi covid-19. Pasar saham ikut kolaps. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun sempat terjun ke level terendah pada area 3.937. 

Budiasto tak ikut panic selling. Ayah dari dua puteri ini justru meyakini, ada peluang untuk menjaring saham berprospek apik di harga yang sedang murah. Strategi Budiasto adalah memilih saham defensif atau tahan banting terhadap krisis.

Budiasto rajin mengoleksi saham blue chip, terutama dari perbankan dan emiten barang konsumsi skala besar. "Saham-saham ini juga sempat turun. Tapi sederhana saja, sekrisis apa pun, orang tetap butuh uang dan makan. Jadi emiten ini pasti akan bertahan, sahamnya akan naik lagi," ujar Budiasto.

Baca Juga: Warren Buffett & Mark Cuban Sepakat Satu Investasi Terbaik, Bukan Saham dan Properti

Pada saat itu, Budiasto meraup cuan dengan persentase double digits, bahkan beberapa saham bisa mencapai level triple digits alias bagger. "Justru di setiap krisis ada kesempatan. Tapi, jangan asal. Analisa dulu, menyesuaikan kondisi saat itu," jelasnya.

Budiasto pun memberikan gambaran, portofolio sahamnya didominasi blue chip sebagai pilihan jangka panjang. Lebih dari 60% dari portofolio saham Budiasto diisi oleh blue chip, sementara sisanya merupakan saham untuk pilihan investasi jangka pendek hingga menengah.

Guna meminimalkan risiko, Budiasto juga disiplin untuk memotong kerugian (cutloss). Dia mempertimbangkan untuk cutloss jika saham sudah anjlok antara 10%-20%. "Tapi lihat juga karakteristik industrinya, karena beberapa sektor kadang susah ditebak, seperti pada saham komoditas," kata Budiasto.

Selain di pasar saham, Budiasto juga memanfaatkan peluang pandemi untuk mengakuisisi aset properti. Di tengah gempuran krisis kala itu, imbuh Budiasto, ada banyak orang yang butuh uang.

Kondisi ini membuat pihak yang sedang butuh uang tersebut menjual properti dengan harga yang lebih murah. Termasuk di kota-kota besar seperti Jabodetabek dan Surabaya.

"Saat krisis, bisnis tiba-tiba rem mendadak, yang punya utang lebih tertekan. Efeknya bisa bola salju. Jadi sekalian membantu, tapi dengan market value. Saat itu ada kesempatan yang mungkin tidak akan datang dua kali," tandas Budiasto.

Budiasto memberikan gambaran, portofolio investasinya saat ini didominasi oleh instrumen saham sebesar 40%. Properti mengisi 30%, aset kripto 5%, dan logam mulia 5%. Sedangkan 20% diisi oleh kas dan setara kas, termasuk deposito dan obligasi.

Rutin riset dan update gadget

Menjadi Direktur Utama PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) tak membuat Budiasto Kusuma terlena. Pria berusia 45 tahun ini tetap disiplin dalam menyusun rencana dan target tahunan yang ingin dicapai.

Budiasto pun menjadikan hasil riset yang diperbarui (update) secara kuartalan sebagai dasar dalam menyusun rencana & target. "Setiap akhir dan awal tahun saya replanning (menyusun perencanaan baru) mau kemana goal-nya," kata Budiasto.

Baca Juga: Cek Nilai Kekayaan yang Menggambarkan Masa Pensiun, Hidup Miskin atau Kaya

Dia rutin melakukan riset sejak berkiprah di bidang marketing pada tahun 2005. Kala itu, lulusan Magister Manajemen dari Yayasan Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (PPM) ini rajin menggelar survei dengan melibatkan 200 hingga 500 responsen. 

Budiasto menilai riset sebagai elemen yang sangat penting dalam keberlanjutan bisnis. Apalagi, perusahaan yang dipimpinnya bergerak di bidang teknologi yang terkait dengan bisnis ritel. "Bisnis kami kan memadukan inovasi dan layanan. Kalau nggak update, ya bisa ketinggalan," ujar Budiasto.

Sebagai sarjana sistem informasi dari Universitas Bina Nusantara, Budiasto pun menaruh minat yang tinggi terhadap bidang teknologi. Hingga kini, Budiasto selalu mengikuti update mengenai perangkat teknologi (gadget) dan Artificial Intelligence (AI).

Budiasto menyoroti teknologi yang berkembang sangat cepat, yang saat ini sudah mencapai era Extended Reality (XR) hingga Internet of Senses (IoS). "Hobi saya sekarang ya otak-atik gadget dan eksplorasi perkembangan teknologi," tandas Budiasto.

Selanjutnya: Uni Eropa Terapkan Sistem Kontrol Impor Lewat Darat Mulai April 2025

Menarik Dibaca: Promo Sirup-Biskuit Kaleng di Indomaret, Banyak Diskon sampai 26 Februari 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×