Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menjadi salah satu sentimen yang mempengaruhi melorotnya IHSG.
Namun, penurunan dianggap masih dalam batas wajar. Ito Warsito, Direktur Utama BEI mengatakan, melemahnya IHSG hari ini mengikuti tren yang terjadi di pasar global.
"Jadi, penurunan IHSG tidak perlu membuat panik investor," ujarnya, Selasa (16/12).
Hari ini, IHSG ditutup melemah 1,61%. Net sell investor asing tercatat sebesar Rp 1,24 triliun. Namun, secara year-to-date (ytd), investor asing masih mencatatkan aksi beli bersih (net buy) yang nilainya mencapai Rp 46,29 triliun.
Menurut Ito, investor asing tidak akan menjual sekaligus portofolio investasinya, termasuk di saham, sekaligus yang membuat pasar saham anjlok lebih dalam.
"Misalnya, investor asing menguasai 60% dari total portofolio suatu saham, jika ia jual 20% dari total kepemilikan, maka harga akan turun," jelas dia.
Sehingga, mereka tidak bisa mengeruk keuntungan dari 80% sisanya, bahkan berpotensi merugi. Selain itu, dengan melemahnya rupiah terhadap dollar AS, maka dana segar yang ditarik juga berpotensi sedikit setelah dikonversi.
"Kalau disini rugi, mereka akan dapat sedikit di sana (AS), tidak akan bisa menutup kerugian yang dihasilkan di sini (pasar saham Indonesia)," imbuh Ito.
Maklum, ada kekhawatiran muncul karena The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan. Hal ini akan memicu investor asing memindahkan dana investasinya ke pasar keuangan AS.
Pasalnya, suku bunga naik, maka yield obligasi juga akan terkerek naik sehingga dianggap lebih menarik. Namun, Ito yakin, investor asing tidak akan gegabah untuk rela merugi demi memindahkan dananya ke AS.
"Doomsday scenario tidak akan terjadi," pungkas Ito.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News