kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BEI siapkan insentif untuk IPO start up


Kamis, 08 Maret 2018 / 12:53 WIB
BEI siapkan insentif untuk IPO start up
ILUSTRASI. Billboard MulaiAjaDulu dari Tokopedia


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut bahwa sudah ada sekitar tiga start up unicorn yang sudah bertemu dengan BEI. Ketiga start up tersebut adalah Tokopedia, Bukalapak dan terakhir adalah Go-Jek. Perusahaan-perusahaan tersebut menurut pihak BEI telah menunjukkan pertimbangannya untuk mencatatkan diri di BEI.

Saptono Adi Junarso, Head of Privatization, Start Up, SME& Foreign Listing BEI mengatakan bahwa kendala utama perusahaan-perusahaan ini adalah timing. Go-Jek misalnya, merasa belum percaya diri untuk IPO karena perusahaan ini masih mencatatkan kerugian.

Saptono juga mengatakan bahwa saat ini BEI tengah melakukan kajian-kajian tertentu terkait dengan aturan listing perusahaan-perusahaan start up ini. Antara lain adalah dengan tidak hanya terpaku pada net tangible asset (NTA) saja, namun juga berasal dari revenue. Saptono mengatakan bahwa hal ini masih dalam pembicaraan dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Tidak cuma pake NTA, namun kami mengajukan, baru opsi saja ya, misalnya pakai revenue, atau memakai market cap," kata Saptono, Kamis (8/3). Saptono bilang bahwa di beberapa negara lain, selain memakai NTA, beberapa bursa juga sudah melakukan opsi ini.

Terkait dengan aturan ini, Saptono mengatakan tengah melakukan pembicaraan dengan OJK dan kemungkinan akan rampung di tahun ini.

Selain itu, BEI juga sedang mempertimbangkan aturan soal perusahaan-perusahaan start up yang iongin mencatatkan diri namun masih mencatatkan kerugian. Saptono bilang, ada pertimbangan perusahaan tak harus memberi proyeksi dua tahun laba, namun proyeksi laba perusahaan dalam waktu tertentu menurut perusahaan.

Hal ini menjadi pertimbangan lantaran menurut Saptono yang mengetahui model bisnis start up adalah start up itu sendiri. Nantinya, otoritas bursa yang akan mengawasi perusahaan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×