kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Begini strategi Kalbe Farma hadapi depresiasi rupiah


Rabu, 23 Mei 2018 / 14:45 WIB
Begini strategi Kalbe Farma hadapi depresiasi rupiah
ILUSTRASI. Pabrik Pengemasan Minuman Air Kelapa


Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS semakin lunglai di pasaran. Bahkan, awal pekan ini rupiah sudah menyentuh level Rp 14.200 per dollar AS. Pelemahan rupiah tentu akan membebani emiten-emiten yang memiliki utang dalam dollar AS. Itu sebabnya, emiten perlu menyiapkan strategi untuk menghindari risiko kerugian akibat pelemahan nilai tukar.

Direktur Utama PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Vidjongtius mengungkapkan, pelemahan rupiah menyebabkan perusahaan menghitung ulang biaya produksi. Upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan efisiensi perusahaan ke depan.

"Kami lakukan perhitungan kembali biaya produksi dan melakukan pengaturan mix produk yang dipasarkan," kata Vidjongtius kepada Kontan.co.id, Selasa (22/5).

Selain itu, perusahaan juga melakukan mitigasi risiko, melalui cash balance. "Mitigasi risiko kami melalui cash balance dalam dollar AS di neraca sekitar US$ 40 juta-US$ 50 juta dan ini policy cash management sejak dulu," paparnya.

Artinya, perusahaan masih menerapkan berbagai kebijakan yang sama. Vidjongtius juga menekankan pihaknya saat ini tidak memiliki utang luar negeri.

Berdasarkan laporan keuangan KLBF per kuartal I-2018, perusahaan melaporkan liabilitas lancar berupa utang usaha lain-lain sebesar US$ 19,44 juta dan € 2,90 juta. Sedangkan, liabilitas jangka panjang berupa utang bank jangka panjang sebesar € 440.000, sedangkan utang jangka panjang untuk sewa pembiayaan sejumlah US$ 56.980.

Vidjongtius menjelaskan, dalam laporan tersebut, angka-angka yang besar merupakan utang usaha dari impor bahan baku. Namun, nilai tersebut lebih kecil dari nilai aset dalam dollar AS. "Beban bunga utang saat ini, sekitar 6,5%-7,5%," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×