kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini strategi investor kawakan di tengah masa pemulihan 2021


Senin, 11 Januari 2021 / 19:45 WIB
Begini strategi investor kawakan di tengah masa pemulihan 2021
ILUSTRASI. IHSG melanjutkan gerak positifnya pada Senin (11/1) dengan ditutup naik 2% ke posisi 6.382,94.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Selain saham-saham bank, dia juga melihat saham kawasan industri akan bergerak positif pada 2021 seiring dengan pemuluhan ekonomi. Dia memiliki dua saham favorit dari sektor ini, yaitu PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) dan PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST). "Saham pertambangan dan CPO juga akan menuai berkah pada 2021 seiring dengan ekonomi yang diprediksi kembali tumbuh," tutur dia.

Seiring dengan prediksinya terhadap IHSG yang akan bergerak positif hingga kuartal I-2020, dia memanfaatkan masa ini untuk melakukan trading. Dari keseluruhan portofolio sahamnya, sebesar 70% dia gunakan untuk trading sementara 30% untuk investasi jangka panjang.

Dalam melakukan trading, dia biasanya memasang target imbal hasil (return) bulanan. Saat ini, dia menargetkan return sebesar 10% dari dana yang ia investasikan. "Kalau seminggu aja bisa memenuhi target, saya enggak perlu nunggu sebulan. Saya tinggal cari saham yang lain," kata Hari.

Menurut dia, meski lebih banyak melakukan trading pada semua lapis saham, dia tidak pernah lupa untuk mempertimbangkan aspek fundamental dan prospek perusahaan dalam menentukan saham-saham pilihannya. Ia juga berinvestasi pada saham-saham yang sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia setidaknya dua tahun.

Baca Juga: IHSG melonjak 4,55% dalam sepekan, net buy mencapai Rp 4,74 triliun

Berbeda dengan Hari, trader dan investor senior Eyang Ratman menilai, kesempatan yang paling baik bagi investor jangka panjang untuk membeli saham adalah pada awal pemulihan, yakni bulan Maret-Mei 2020. Pasalnya, saat itu, IHSG turun tajam ke bawah level 4.000 sehingga harga saham sangat murah. Alhasil, investor yang membeli saham pada saat itu, kini telah menuai keuntungan lebih dari 50%.

Meskipun begitu, dia masih melihat ada peluang kenaikan meski tidak sebesar tahun 2020. Oleh karena itu, dia menyarankan investor jangka panjang yang baru mau masuk ke saham untuk memilih perusahaan dengan kinerja keuangan dan operasional yang bagus. "Kalau nunggu IHSG turun dalam lagi akan lama. Perusahaan bagus dalam jangka panjang harga sahamnya akan tetap naik," ungkap dia.

Menurut Eyang Ratman, pada waktu pemulihan ekonomi, biasanya saham-saham energi dan pertambangan menarik untuk dikoleksi. Begitu juga dengan perbankan yang memang memiliki likuiditas baik dan volatilitas yang tinggi. Dia menyebutkan beberapa saham yang dia perdagangkan adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), BBNI, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).

Eyang Ratman mengungkapkan, dalam menentukan pilihan trading-nya, dia selalu melihat aspek fundamental saham dan psikologis pelaku pasar yang membentuk permintaan dan penawaran. "Selama ada sinyal beli saya beli, selama ada sinyal jual saya jual. Saya trading saham apapun, dari big cap ampe small cap," ungkap dia.

Baca Juga: Meski Bisa Beroperasi 100%, Emiten Jasa Konstruksi Tetap Terkena Efek Kebijakan PPKM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×