kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.063   79,31   1,14%
  • KOMPAS100 1.056   15,99   1,54%
  • LQ45 830   13,16   1,61%
  • ISSI 214   1,34   0,63%
  • IDX30 424   7,83   1,88%
  • IDXHIDIV20 510   8,47   1,69%
  • IDX80 121   1,88   1,59%
  • IDXV30 125   0,72   0,58%
  • IDXQ30 141   2,29   1,65%

Menakar prospek saham ASII


Minggu, 17 Mei 2015 / 22:52 WIB
Menakar prospek saham ASII
ILUSTRASI. Ilustrasi. Makanan manis .


Reporter: Benedictus Bina Naratama | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kuartal I-2015 memang kurang ramah bagi emiten-emiten otomotif Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri ini secara umum mencatatkan pelemahan kinerja keuangan yang banyak disebabkan oleh belum pulihnya kondisi perekonomian tanah air.

Sesuai data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 Mei 2015, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2015 hanya sebesar 4,71% atau turun 0,18% dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama di tahun 2014 yang mencapai 5,21%.

Setidaknya terdapat tiga penyebab utama perlambatan ekonomi di Tanah Air, yakni perlambatan ekonomi di negara mitra dagang utama Indonesia, melemahnya harga minyak dunia, dan kinerja ekspor-impor yang menurun. Tak ayal, pelemahan pertumbuhan ekonomi ini juga berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat.

Robertus Yanuar Hardy analis Reliance Securities menjelaskan penurunan kinerja emiten di sektor otomotif di kuartal 1-2015 yang disebabkan belum pulihnya kondisi perekonomian Indonesia membuat masyarakat menahan diri untuk membeli kendaraan baru, sehingga volume penjualan emiten-emiten otomotif ikut menurun. Belum membaiknya kondisi ekonomi Indonesia saat ini sedikit banyak disebabkan oleh program-program pemerintah Jokowi yang belum berjalan.

“Publik masih menunggu program-program pemerintah yang akan diterapkan pada tahun ini. Karena kalau program pemerintah masih saja mandek, perekonomian Indonesia tidak akan pulih. Daya beli masyarakat tentu saja akan terus melemah,” jelas Robertus akhir pekan ini.

Helmi Kristanto analis Danareksa Sekuritas dalam riset 28 April 2015 menjelaskan pelemahan permintaan otomotif secara keseluruhan selama kuartal I-2015 disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Kondisi ekonomi domestik yang melambat, ditambah dengan penurunan harga berbagai komoditas, serta kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) memberi dampak negatif pada pelemahan daya beli konsumen, sehingga tren penjualan otomotif di kuartal I ini cenderung menurun.

“Melambatnya pertumbuhan ekonomi menjadi faktor bagi konsumen untuk cenderung menahan pembelian mobil. Selain itu, dampak depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap USD yang menyentuh level 13.100 turut berpengaruh terhadap kinerja penjualan,”terang Helmi.

Lesunya penjualan otomotif sudah tampak dari dua bulan pertama tahun 2015. Sesuai dengan data Gaikindo, penjualan mobil secara keseluruhan mengalami penurunan 15,09% YoY yang dulu mencapai 215.433 unit, namun selama Januari – Februari hanya mampu menjual 182.933 unit.

Salah satu emiten sektor otomotif, PT Astra Internasional Tbk (ASII), menurut Budi Rustanto analis Valbury Asia Securities dalam riset 29 April 2015 mengalami penurunan kinerja keuangan pada kuartal I-2015 dengan mencetak penurunan laba bersih sebesar 15% YoY dari Rp 4,73 triliun pada kuartal I-2014 menjadi Rp 3,99 triliun. Penurunan kinerja keuangan tersebut berasal dari lini bisnis otomotif dan perkebunan.

Industri otomotif nasional pada awal tahun 2015 dipengaruhi oleh depresiasi nilai tukar Rupiah sehingga biaya produksi mengalami kenaikan, karena bahan baku komponen maupun produk masih mengandalkan material impor. Alhasil pendapatan bersih konsolidasi mengalami penurunan sebesar 9,3% YoY dari Rp 49,82 triliun pada kuartal I-2014 menjadi Rp 45,19 triliun pada kuartal I-2015

Willinoy Sitorus, analis Trimegah Securities dalam riset 30 Maret 2015 menyebutkan bahwa PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) memperoleh pendapatan yang lebih rendah dari yang diharapkan. Hal ini dibuktikan dengan harga saham yang terus menurun sebesar 13% sejak 13 Maret 2015.

Meskipun begitu, Ia memprediksikan hingga akhir tahun ini, pendapatan perusahaan akan tumbuh sebesar 7% YoY yang diperhitungkan dari volume penjualan produk kendaraan Nissan.

Dikutip dari keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), untuk kuartal I-2015 ini, kinerja keuangan MPMX cukup baik dengan berhasil membukukan pertumbuhan penjualan 7% YoY dari sebelumnya Rp 3,6 triliun pada 2014 menjadi Rp 3,9 triliun. Namun laba bersih perseroan menurun menjadi Rp 116 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2014 Rp 152 miliar.

Selain itu, Robertus juga menilai PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS) menunjukkan kinerja perusahaan pada kuartal I-2015 belum memberikan hasil yang positif. Penyebabnya adalah faktor daya beli masyarakat yang menurun, pelemahan nilai tukar rupiah, dan merek-merek kendaraan yang dibawa Indomobil kurang populer di mata pasar.

Berdasarkan laporan kinerja keuangan kuartal I-2015, total penjualan produk IMAS mengalami penurunan 6,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada tahun 2014, penjualan IMAS yang mencapai Rp 4,89 triliun, turun menjadi Rp 4,58 triliun. Meskipun begitu, IMAS berhasil memperoleh kenaikan pendapatan netto sebesar 10% YoY dari Rp 4,6 triliun menjadi Rp 5,04 triliun.

Meskipun pada kuartal I-2015, kinerja emiten sektor otomotif masih melemah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, saham emiten ASII masih dipercaya memiliki prospek bisnis yang positif. Hal ini disebabkan ASII yang merupakan market leader di industri otomotif Indonesia, terlebih lagi pada tahun 2015 ini, ASII telah menganggarkan belanja modal sebesar Rp 13 triliun, menargetkan peningkatan ekspor kendaraan Toyota hingga 10%, serta target penjualan motor dan mobil sebesar 5,3 juta unit dan 1,1 juta unit. Oleh karena itu, para analis tetap memberikan outlook yang positif bagi emiten ASII di tahun ini.

Budi memberikan rekomendasi Buy dengan target harga Rp 8.500. Robertus merekomendasikan untuk Hold di target harga Rp 8.000. Sedangkan Helmi juga merekomendasikan untuk Hold di target harga Rp 8.300.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×