Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspansi investor Korea Selatan (Korsel) di Indonesia semakin pesat. Tidak hanya sektor elektronik dan otomotif, tetapi juga sektor-sektor lain, termasuk perbankan.
Kini ada enam bank di Tanah Air dikendalikan investor Korsel. Kehadiran bank-bank ini terutama difokuskan melayani perusahaan-perusahaan Korsel yang berbisnis di Indonesia dan juga seluruh rantai pasoknya.
Keenamnya adalah PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) yang dikendalikan Kookmin Bank dengan kepemilikan 67%, PT Bank KEB Hana Indonesia yang dikendalikan KEB Hana Bank dengan porsi 69%, PT Bank Woori Saudara Tbk (SDRA) yang dimiliki Woori Bank dengan porsi 79,8%.
Baca Juga: Sambangi Dubai, Bank Mandiri Ajak Pekerja Migran Indonesia Berwirausaha
PT Bank Shinhan Indonesia yang 99% dikuasai Shinhan Bank, PT IBK Indonesia Tbk (AGRS) digengam IBK dengan kepemilikan 91,24%, dan PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) yang 92,5% sahamnya dikuasai Apro Financial.
Secara umum perkembangan bisnis bank milik investor Korsel ini cukup menggembirakan. Bukopin yang sempat bermasalah dan menjadi perhatian regulator tiga tahun lalu mulai mencatatkan perbaikan fundamental setelah dikendalikan Kookmin sejak 2020.
Sejak itu, Kookmin terus melakukan penambahan modal untuk membantu bank ini lepas dari masalah utamanya yakni tingginya kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Di awal 2023, bank berkode saham BBKP itu kembali memproses penambahan modal lewat rights issue.
Dalam dua tahun terakhir, Bukopin fokus melakukan perbaikan pada kualitas asetnya dengan menjual aset bermasalah secara bulsales, sambil mulai menyalurkan kredit baru ke perusahaan Korean Linked dan supplai chainnya.
Baca Juga: Ada IKNB Tak Penuhi Aturan Free Float
Sepanjang 2022, KB Bukopin sudah berhasil menjual Rp 5,4 triliun kredit bermasalah. Alhasil, loan at risk KB (LAR) perseroan secara nilai telah turun menjadi Rp 10 triliun sehingga per September 2022 rasio LAR turun jadi 52,8% dari 65,4% pada periode sama 2021.
Seng Hyup Shin Direktur Keuangan Bukopin mengatakan, penjualan kredit bermasalah itu masih akan dilanjutkan sehingga akhir tahun bisa jadi bank bersih. Jika per September 2022, NPL bank ini masih 8,75%, di akhir 2022 sudah turun jadi 7,6% dan pada akhir 2023 ditargetkan akan di bawah 5%.
"Fundamental KB Bukopin sudah menunjukkan perbaikan. NIM terus meningkat dan tahun ini diproyeksi akan naik signifinan. Minus laba sebelum biaya provisi (PPOP) sudah turun signifikan. PPOP ditargetkan akan positif tahun ini dan perolehan laba bersih ditargetkan pada 2024," katanya baru-baru ini.
Sementara, Helmi Fakhrudin Direktur KB Bukopin menjelaskan, Korsel merupakan satu dari lima investor asing terbesar di Indonesia. Itu membuat efek gandanya terhadap perusahaan Korsel yang beroperasi di Tanah Air luar biasa. Potensi ini akan dimanfaatkan Bukopin secara optimal.
Menurutnya, Bukopin punya daya kompetisi lebih tinggi dibanding bank Korsel lainnya. Sebab aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) perseroan lebih tinggi. Di sisi lain, jaringan distribusi dan layanan bank ini juga dinilai lebih luas.
"Dalam dua tahun terakhir, kami sudah bergerak sangat intens menggali petensi nasabah Korsel ini. Lima perusahaan terbesar yang ada di Indonesia, Hyndai, LG, Samsung, Lotte, dan Hankook sudah nasabah Bukopin. Lima ini saja potensinya sangat besar. Keunggulan lain yang kami punya adalah dukungan pemegang saham yang merupakan bank terbesar di Korea," tutur Helmi.
Baca Juga: Investor Jepang Ramai-Ramai Menyerbu Sektor Keuangan Indonesia
Selain dukungan modal, lanjutnya, Kookmin juga memberikan dukungan dalam bentuk teknologi, managemen resiko, dan proses bisnis. Mulai awal 2023, Bukopin sudah mulai melakukan proses pengembangan layanan digital Woke untuk sama seperti milik Kookmin di Korea.
Pengembangan ini diperkirakan akan memakan waktu 1,5 tahun sehingga sistem digital banking Kookmin bisa sepenuhnya diadopsi Bukopin dan menjadi andalan dalam menjaring nasabah ke depan.
Bank-bank Korsel lainnya juga terus mencatatkan peningkatan kinerja. Per September 2022, Bank Woori tercatat penghasil laba tertinggi yakni naik 40% secara year on year (YoY) jadi Rp 624,5 miliar. Laba Bank KEB Hana tumbuh 33,2% YoY jadi Rp 337,3 miliar, Bank Shinhan tumbuh 19,6% YoY jadi Rp 157,6 miliar, dan Bank IBK berhasil mencetak laba setelah merugi pada sembilan bulan pertama 2021.
Baca Juga: Kecaman Senjata Nuklir Didorong di KTT G20 Tapi Kompetisi Pengadaannya Jalan Terus
Hanya saja Bank Oke yang mencatat penurunan kinerja sebesar 9% YoY. Namun, bank tahun lalu fokus melakukan penambahan modal inti Rp 3 triliun.
"Penambahan modal ini akan digunakan untuk pengembangan segmen retail, korporasi, komersial, serta ditunjang dengan pengembangan infrastruktur bank,” tulis managemen Bank Oke baru-baru ini.
Pertumbuhan kinerja bank milik investor Korsel ini sejalan dengan peningkatan margin bunga bersih dan penurunan rasio kredit bermasalah. Bank Oke,Bank KEB Hana dan Bank Woori tercatat sebagai penghasil NIM tertinggi, yakni di atas 4%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News