Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Volatilitas yang tinggi menyelimuti pasar sepanjang Agustus lalu. Goncangan muncul setelah China mendevaluasi mata uang Yuan untuk meningkatkan nilai ekspor dan daya saing produknya di pasar internasional.
“China juga kembali menurunkan suku bunga acuan dan giro wajib minimum untuk yang ke 5 kalinya dalam 9 bulan terakhir,” tulis riset Reliance Securities yang diterima KONTAN, Selasa (1/9).
Industri manufaktur dan pertumbuhan ekonomi yang melambat membuat negara ini melakukan beberapa perubahan kebijakan dalam waktu yang singkat, sehingga menimbulkan guncangan pada pasar uang dan pasar modal dunia.
“Harga minyak turun ke posisi terendah dalam 6 tahun terakhir setelah Iran berencana meningkatkan produksinya pasca pencabutan sanksi perdagangan internasional atas negara tersebut,” tulisnya.
Sementara para penentu kebijakan ekonomi dan moneter di Amerika memastikan untuk tetap melanjutkan rencana kenaikan suku bunga acuan pada bulan September, terutama setelah pimpinan beberapa bank sentral dunia lainnya menyatakan telah siap untuk mengantisipasinya pada pertemuan Jackson Hole Symposium pekan lalu. Meskipun demikian, pimpinan The Fed juga masih mewaspadai dampak dari kebijakan China dan volatilitas pasar global.
“Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras mengundurkan diri setelah persetujuan parlemen atas paket bailout ketiga namun diikuti dengan mosi tidak percaya atas dirinya. Pemilu akan diadakan pada 20 September mendatang, hal ini kembali meningkatkan ketidakpastian politik di negara tersebut,” tulisnya.
Pasar domestik
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 6% sepanjang bulan Agustus untuk ditutup pada level 4510, bahkan sempat mencapai rekor penutupan terendahnya dalam 20 bulan terakhir pada level 4163. Namun kenaikan yang mencapai 8% dalam 5 hari perdagangan terakhir telah membuat IHSG kembali terkoreksi pada awal bulan September ini.
“Akumulasi dari berbagai sentimen global di atas, pelemahan nilai tukar Rupiah akibat capital outflow, dan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi adalah beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya volatilitas yang cukup tinggi pada bulan Agustus,” tulisnya.
Cadangan devisa terlihat mengalami penurunan dalam 5 bulan terakhir untuk menunjang usaha Bank Indonesia dalam melakukan operasi pasar uang. Inflasi yoy pada bulan Agustus tergolong masih terkendali pada 7,18%.
Meredam goncangan yang lebih besar, Kementerian BUMN sempat mewacanakan buyback saham emiten terdaftar yang telah mengalami penurunan harga cukup besar. Namun terancam gagal karena kenaikan cukup pesat yang telah terjadi pada beberapa hari perdagangan terakhir.
Melalui Menteri Koordinator Ekonomi Darmin Nasution, Pemerintah berencana menerbitkan serangkaian paket kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk memperkuat fundamental dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. “Dirjen Minerba juga berencana mengevaluasi aturan pengetatan ekspor mineral mentah yang sekarang masih berlaku,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News