kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini dampak virus corona terhadap pergerakan mata uang Asia


Jumat, 31 Januari 2020 / 13:45 WIB
Begini dampak virus corona terhadap pergerakan mata uang Asia


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Mata uang Asia masih lanjut penurunan pada hari Jumat (31/1/2020). Kondisi ini dipicu oleh optimisme Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atas upaya China dalam mengatasi masalah virus baru yang menyebar dengan cepat sehingga meredam kekhawatiran atas lonjakan infeksi.

Melansir Reuters, pada Kamis malam WHO mengatakan bahwa wabah virus corona  adalah kondisi darurat global. Meski demikian, WHO tetap menentang pembatasan perjalanan dan mengatakan tindakan China sejauh ini akan berhasil mengendalikan gelombang penyebarannya.

Meskipun ada peningkatan kematian dan kasus baru, nada meyakinkan WHO sudah cukup untuk menghentikan aksi jual investor selama dua minggu terakhir yang pada akhirnya memukul saham, mata uang, sekaligus komoditas yang terpapar dengan China.

Asal tahu saja, data Reuters menunjukkan, korban tewas di Tiongkok kini telah mencapai 213 orang dan jumlah kasus terinfeksi adalah 9.692, naik dari posisi 7.711 sehari yang lalu. Selain itu, virus ini juga telah menyebar ke 18 negara. AS telah memperingatkan warganya agar tidak mengunjungi China.

Baca Juga: Hindari corona, pekerja dari Wuhan dilarang kembali bekerja di proyek KA Malaysia

Berikut pergerakan sejumlah mata uang Asia siang ini:

Dollar Selandia Baru melemah 0,1% dan menyentuh level terendah dalam dua bulan terakhir di posisi US$ 0,6479. Dollar Australia berada di level US$ 0,6720, tepat di atas level terendah dalam empat bulan terakhir.

Keduanya telah mengalami pelemahan lebih dari 1,5% pada minggu ini. Bahkan aussie telah anjlok 4,3% sepanjang Januari, yang menjadikan bulan ini sebagai bulan dengan performa terburuk sejak Mei 2016.

Baca Juga: WHO anggap China bisa membalikkan keadaan, harga emas pun tertekan

“Aussie dan kiwi adalah apa yang saya sebut sebagai anak laki-laki yang suka mencambuk, jika Anda suka, karena menyatakan keprihatinan tentang penyebaran virus dan potensi dampaknya terhadap ekonomi global,” kata Ray Attrill, Kepala Strategi FX di National Australia Bank kepada Reuters.

Mata uang yang mendapatkan keuntungan dengan adanya wabah ini adalah dollar AS dan yen.

Berdasarkan data yang dihimpun Reuters, yen Jepang stabil di level 109,06 per dollar dan greenback sedikit lebih kuat di posisi US$ 1,1023 per euro pada hari Jumat.

Jika dikalkulasikan, yen telah menguat 3,2% terhadap Aussie dalam 10 hari sejak kecemasan tentang virus corona mulai mengguncang pasar AUD/JPY. Jika berhadapan dengan won Korea, yen telah menguat hampir 4%.

Baht Thailand - yang sangat terpapar oleh pariwisata Cina telah keok sebesar 4% di sepanjang bulan ini.

Baca Juga: Naik Level 4: Pemerintah AS melarang warganya pergi ke China

Investor sedang menunggu perincian tentang virus itu sendiri. Dengan tidak adanya informasi itu, banyak yang mencari pengalaman dari wabah Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) pada tahun 2002-2003 untuk mendapatkan panduan.

Namun, kali ini, jumlah kasus telah melampaui 8.000 selama krisis SARS berlangsung. Diramal, jumlah korban terinfeksi virus corona empat kali lebih besar dari SARS.

Sekitar 60 juta orang di pusat wabah, provinsi Hubei, hidup di bawah penguncian virtual. Beberapa maskapai global telah menghentikan penerbangan ke China daratan dan ekonom memangkas perkiraan mereka untuk pertumbuhan China.

Baca Juga: Update 10.00 WIB: IHSG longsor di bawah level 6.000 perdagangan Jumat (31/1)

"Kami pikir dampaknya akan sangat berat dan kemungkinan lebih besar dari wabah SARS," kata ekonom BNP Paribas dalam sebuah catatan yang memperingatkan bahwa angka pertumbuhan year-on-year kuartal I China bisa berada di bawah 5%.

“Kami tidak tahu persis bagaimana situasi akan berevolusi selama beberapa hari, minggu, dan bulan mendatang dan karenanya kita tidak bisa mengetahui berapa lama kejutan itu akan terjadi. Risiko nampak condong ke sisi negatifnya, dengan cakupan mutasi virus yang berpotensi berbahaya karena sejumlah besar (dan meningkatnya) orang yang terinfeksi,” papar ekonom BNP Paribas seperti yang dikutip Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×