Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar kripto dan saham Amerika Serikat (AS) sempat melemah pasca Bank Sentral AS, The Fed, mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%-4,50% pada bulan Januari 2025.
Bitcoin sempat turun ke level US$ 101.800 setelah pengumuman tersebut sebelum akhirnya berhasil pulih setelah konferensi pers pemimpin The Fed, Jerome Powell, meredakan kekhawatiran pasar.
Situasi yang sama juga terjadi di pasar saham AS dengan indeks saham AS seperti S&P 500 dan Nasdaq yang menunjukkan pemulihan pasca konferensi pers Powell yang menyatakan tidak adanya rencana untuk menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Baca Juga: Transaksi Kripto Indonesia Capai Rp 650,61 Triliun di 2024, Cek Faktor Pendorongnya
Keputusan The Fed tersebut sejalan dengan prediksi para pengamat khususnya melihat kondisi inflasi secara umum yang mengalami kenaikan signifikan berdasarkan data CPI Desember.
Namun, pernyataan kebijakan The Fed pada pertemuan tersebut menciptakan gejolak di pasar keuangan, khususnya di pasar kripto dan saham AS.
Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan, fenomena tersebut menyoroti masih tingginya sensitivitas pasar kripto dan pasar saham AS terhadap sentimen makroekonomi Amerika. Hal ini mensinyalir tingginya kekhawatiran investor terhadap potensi risiko yang mungkin terjadi, jika The Fed mulai kembali menaikkan suku bunga guna menekan inflasi.
"Risiko tersebut di antaranya seperti potensi berpindahnya dana investasi dalam jumlah besar kembali ke instrumen berisiko rendah seperti dolar dan obligasi pemerintah AS dari pasar saham dan kripto,” ungkap Fahmi dalam siaran pers, Jumat (31/1).
Fahmi menambahkan, peluncuran teknologi AI DeepSeek turut menjadi faktor yang semakin meningkatkan kekhawatiran tersebut sebab tantangan ke depan yang mungkin dihadapi oleh saham-saham AS yang selama ini diyakini memiliki potensi pertumbuhan tinggi seperti saham di sektor teknologi, mungkin akan meningkat.
Terlepas dari itu, pemulihan harga Bitcoin ke level di atas US$ 103.000, menunjukkan ketahanan Bitcoin yang tinggi serta relevansinya sebagai indikator kepercayaan pasar.
Aliran dana masuk neto ETF Bitcoin spot pada 30 Januari pasca penentuan suku bunga tersebut juga mencatatkan angka yang cukup baik yakni sebesar US$ 266,6 juta, mengacu data Coinglass.
Baca Juga: Tesla Raup Cuan Fantastis! Keuntungan Bitcoin Capai US$600 Juta pada Kuartal IV-2024
Fahmi menilai, aliran dana masuk ke Bitcoin menandakan kepercayaan investor yang masih tinggi terlepas dari dinamika yang saat ini terjadi. Inflasi yang tinggi dan sikap The Fed yang hati-hati bisa berarti suku bunga akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama. Situasi tersebut memang dapat memberikan tekanan pada aset berisiko seperti saham dan kripto.
Namun, para pelaku pasar sepertinya telah memasukkan kemungkinan tersebut dalam pengambilan keputusan mereka pasca paparan The Fed pada pertemuan FOMC bulan lalu yang menyatakan hanya akan melakukan pemangkasan suku bunga sekitar dua kali di tahun ini.
"Dengan demikian, mampu bertahannya Bitcoin di level harga saat ini di atas US$ 100.000 menunjukkan kekuatan aset tersebut yang semakin solid. Hal ini mungkin dikarenakan semakin banyaknya investor institusional dan ritel yang memandang Bitcoin sebagai instrumen lindung nilai terhadap penurunan nilai mata uang fiat dan ketidakpastian ekonomi,” lanjutnya.
Di tengah dinamika tersebut, penting bagi investor untuk memiliki komposisi portofolio yang seimbang sesuai dengan preferensi dan strategi investasi yang dimiliki. Semakin tingginya ketidakpastian pasar membuat investor perlu mengantisipasi lebih banyak kemungkinan ke depan yang bisa terjadi.
"Diversifikasi lintas sektor dengan turut mengkombinasikan beberapa instrumen seperti misalnya stablecoin, saham AS, serta Bitcoin dan altcoin, menjadi salah satu opsi yang menarik,” sebut Fahmi.
Selanjutnya: Harga Pertamax Naik Lagi, Ini Harga BBM Terbaru Pertamina Mulai 1 Februari 2025
Menarik Dibaca: Harga Pertamax Naik Lagi, Ini Harga BBM Terbaru Pertamina Mulai 1 Februari 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News