Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan obligasi berkelanjutan perseroan tahun 2011. Peringkat ANTM yang tadinya idA turun menjadi idA- (negatif).
Analis Pefindo, Yogie Perdana dan Niken Indriarsih dalam laporannya mengatakan, penurunan peringkat itu disebabkan adanya tekanan atas marjin ANTM karena penurunan harga nikel di tengah tingginya tingkat utang ANTM saat ini.
ANTM memang berutang untuk melanjutkan ekspansi penambahan kapasitas pabrik feronikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Selain proyek Pomalaa, ANTM juga melanjutkan proyek pembangunan pabrik feronikel di Halmahera Timur yang bakal didanai dari injeksi modal dari Pemerintah melalui proses rights issue di tahun ini.
Penurunan peringkat itu juga mencerminkan ekspektasi Pefindo bahwa harga nikel akan tetap berada di bawah US$ 5,5 per pon dalam 12 hingga 18 bulan ke depan. Hal itu membuat profil keuangan ANTM terutama leverage dan proteksi arus kas akan terus tertekan sepanjang periode tersebut.
"Kami mempertahankan outlook ANTM di negatif untuk mengantisipasi penurunan lebih lanjut pada proteksi arus kas dan juga struktur permodalan akibat harga komoditas yang lebih rendah dari yang diharapkan," ujar analis Pefindo, Selasa (15/9).
Selain itu, ada resiko target volume penjualan produk ANTM tidak tercapai. Namun, peringkat itu juga mencerminkan sumber daya produk ANTM masih besar dan memiliki kualitas yang baik.
Memang saat ini ANTM sedang mengejar beberapa proyek besar. Untuk menghemat dana kas, ANTM memangkas belanja modalnya. Misalnya, untuk pabrik feronikel Halmahera Timur, sebelumnya ANTM membidik kapasitas 40.000 ton nikel dalam feronikel (TNi) dengan investasi US$ 1,7 miliar. Namun kini, ANTM menurunkan investasinya menjadi US$ 250 juta untuk kapasitas 15.000 TNi.
Saat ini, ANTM sudah hampir menyelesaikan pabrik feronikel di Pomalaa. Pabrik tersebut dapat mulai beroperasi awal tahun depan. Setelah selesai, pabrik ini akan meningkatkan kapasitas produksi feronikel ANTM menjadi 27.000-30.000 TNi per tahun dari sebelumnya 18.000-20.000 TNi per tahun dengan asumsi kadar umpan bijih nikel sebesar 1,9%.
Sebagai informasi, total liabilitas ANTM naik dari Rp 9,9 triliun di akhir tahun lalu menjadi Rp 10,9 triliun pada Semester I-2015. Utang obligasi jangka panjang ANTM masih sebesar Rp 2,9 triliun.
Namun, pendapatan ANTM melonjak 96,98% dari Rp 3,98 triliun menjadi Rp 7,84 triliun pada periode tersebut. Dengan begitu, kerugian yang dialami ANTM menyusut dari Rp 633,03 miliar menjadi Rp 474,49 miliar.
Saham ANTM ditutup turun 1,24% menjadi Rp 477 per saham pada perdagangan Selasa (15/9).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News