Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
Kesepakatan Oil Freeze Gagal, Minyak WTI Tenggelam
JAKARTA. Setelah kesepakatan penahanan produksi gagal dicapai dalam pertemuan 16 produsen minyak di Doha, Qatar, Minggu (17/4) lalu, harga minyak WTI kembali terjun bebas. Meski sudah diantisipasi bahwa kesepakatan sulit tercapai namun harga minyak WTI gagal bertahan dari penurunan tajam.
Mengutip Bloomberg, Senin (18/4) pukul 17.05 WIB harga minyak WTI kontrak pengiriman Mei 2016 di New York Mercantile Exchange merosot 2,89% di level US$ 39,19 per barel dibanding hari sebelumnya. Kemerosotan harga sehari ini sama besarnya dengan penurunan harga minyak dalam sepekan terakhir.
Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures mengatakan dengan gagal dicapainya kesepakatan ini pelaku pasar semakin yakin produksi akan sulit dipangkas.
Para produsen minyak baik OPEC dan Non-OPEC masih belum rela pangsa pasarnya terkikis dan memilih untuk terus berlomba memproduksi minyak mentah.
Sebenarnya pada pertengahan pertemuan berlangsung, ke – 16 produsen yang hadir sudah siap mencapai sepakat untuk menjaga produksi di level Januari 2016 hingga pertemuan selanjutnya pada Oktober 2016 mendatang.
Namun pada akhir pertemuan, Arab Saudi menolak kesepakatan tersebut dengan alasan, semua negara produsen OPEC harus melakukan hal yang sama.
Padahal seperti yang diketahui, Iran, salah satu produsen OPEC terbesar, enggan mengikuti pertemuan dan menolak untuk menahan produksinya. Penolakan Arab Saudi disampaikan langsung oleh Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman.
“Padahal ketidaksepakatan sudah diantisipasi sebelumnya, tapi tetap saja harga terjun ke bawah level US$ 40 per barel lagi,” ujar Deddy.
Gagalnya kesepakatan ini tercapai jelas jadi beban bagi pergerakan harga minyak WTI. Untuk itu, Selasa (19/4) kans harga minyak WTI diprediksi belum akan pulih. “Nyaris tidak ada faktor positif di pasar global untuk saat ini karena semua mata tertuju pada pasokan yang akan terus membanjir,” jelas Deddy.
Paling tidak fundamental yang kebanjiran produksi ini akan berlangsung hingga pertemuan OPEC 2 Juni 2016 mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News