Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi
Survei menunjukkan AS memiliki pandangan negatif terhadap China dan melihat kekuatan China terhadap perdagangan AS menjadi sebuah ancaman. Hal ini bakal meningkatkan risiko besar bagi perang dagang 2.0.
Apalagi progres kesepakatan pertama di kuartal I-2020 masih rendah yakni kurang dari 12% dari kesepakatan US$ 200 miliar. "Terutama karena penurunan harga minyak mentah dan disrupsi ekonomi Covid-19," jelasnya.
Dari dalam negeri, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran -0,4% hingga 2,3% dari prediksi awal tahun 5,3%. Sementara itu defisit APBN diprediksi bakal mencapai 6,3% dari GDP dari yang semula ditargetkan 2,2%. Di mana pemerintah memberi stimulus Covid-19 Rp 677,2 triliun atau mencapai Rp 767 triliun dengan kompensasi bagi BUMN.
Dengan kondisi tersebut, Batavia memprediksi Bank Indonesia (BI) masih memiliki peluang memangkas suku bunga hingga dua kali tahun ini dengan melihat pergerakan rupiah. Sementara pertumbuhan ekonomi bakal di kisaran -0,5% hingga 0,5%. Sementara itu pertumbuhan EPS diprediksi terkontraksi -17% hingga -23% terdampak Covid-19.
Baca Juga: Saham big cap: Geser UNVR, TLKM naik ke urutan tiga emiten big cap
Dengan prediksi tersebut, Lilis menyarankan investor untuk tetap memperhatikan saham big caps dan bisa melihat saham dengan kapitalisasi kecil serta menengah yang memiliki kinerja solid.
Dia juga menyarankan sektor seperti bahan konsumsi pokok, toll, dan telekomunikasi. Apalagi saat ini IHSG rata-rata diperdagangkan dengan PER 13,7 kali dan masih berpotensi meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News