Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sektor otomotif diprediksi bisa lebih baik di 2024. Selesainya era suku bunga tinggi, peningkatan mobilitas, hingga perkembangan kendaraan listrik menjadi katalisnya.
Head of Investment Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe mengatakan bahwa sektor otomotif erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Karenanya, dengan perkiraan penurunan suku bunga the Fed dan Bank Indonesia (BI) tahun ini maka pertumbuhan ekonomi dinilai akan lebih maksimal.
"Karena pertumbuhan ekonomi Indonesia disokong oleh konsumsi domestik yang besar," ujarnya kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu.
Head of Research Team Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy melanjutkan bahwa sektor otomotif juga akan terdorong oleh potensi peningkatan mobilitas masyarakat selama pemilu tahun 2024, yang diperkirakan akan melibatkan beberapa tahapan pemilu.
Baca Juga: Emiten Operator Telekomunikasi Raup Cuan Saat Nataru, Cek Rekomendasi Sahamnya
Selain itu, data hingga tahun 2022 menunjukkan bahwa volume penjualan mobil tahunan di Indonesia masih rendah, hanya mencapai 0,4 unit per 100 penduduk.
Perbandingan dengan negara tetangga seperti Malaysia sebesar 1,8 unit per 100 orang dan Thailand 1 unit per 100 orang, serta Korea Selatan dan Jepang, masing-masing 2,4 dan 3,1 unit per 100 orang menunjukkan potensi pertumbuhan besar bagi industri otomotif Indonesia.
"Karena penetrasi pasar masih rendah, kami melihat adanya potensi besar bagi industri otomotif Indonesia untuk terus mengalami pertumbuhan di masa depan," paparnya.
Selain suku cadang, industri vertikal lain di sektor otomotif, seperti jasa keuangan, terutama pembiayaan dan asuransi, juga diprediksi akan mengalami dorongan. Menurut Robertus, kampanye pemasaran agresif dari perusahaan-perusahaan di sektor ini dapat mempertahankan momentum pertumbuhan sektor otomotif secara keseluruhan.
"Oleh karena itu, kami tetap mempertahankan pandangan positif kami dengan memberikan peringkat overweight untuk sektor otomotif," sambungnya.
Research Analyst MNC Sekuritas Muhamad Rudy Setiawan juga melihat bahwa sektor otomotif bisa terdorong oleh perkembangan kendaraan listrik. Ia memaparkan, pemerintah berencana untuk memperpanjang program insentif kendaraan listrik, terutama yang berkaitan dengan segmen kendaraan roda dua.
Insentif sebesar Rp 7 juta per unit untuk unit baru dan konversi dari konvensional ke listrik akan berlanjut setidaknya hingga akhir 2024. Kebijakan akomodatif seperti insentif fiskal, pembebasan bea masuk, dan insentif pajak juga akan diimplementasikan untuk mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik dalam negeri.
Baca Juga: Menakar Prospek Emiten Tambang Logam pada 2024 dan Rekomendasi Analis
Setelah memberlakukan kebijakan pajak penghasilan negara sebesar 1% untuk pembelian kendaraan listrik di dalam negeri, pemerintah sekarang mempertimbangkan untuk mengamanatkan kebijakan bebas pajak untuk kendaraan listrik yang diimpor secara utuh (CBU).
Pada saat yang sama, pemerintah juga mendorong agar pabrik-pabrik mobil listrik dibangun di dalam negeri.
"Ini memungkinkan mereka untuk meningkatkan tingkat produksi mereka menjadi 10% dari 2%," paparnya.
Hanya saja, perkembangan kendaraan listrik di Indonesia turut mengalami tantangan dari larangan ekspor galium dan germanium dari China. Ini karena galium dan germanium adalah salah satu komponen semikonduktor yang umum digunakan dalam mobil listrik dan sekitar 60% dan 90% germanium dan galium bersumber dari China.