Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Negara-negara maju semakin gencar memangkas penggunaan batubaral. Alhasil, penguatan harga komoditas ini terhambat.
Mengutip Bloomberg, Jumat (25/11), harga batubara kontrak pengiriman Desember 2016 di ICE Futures Exchange merosot 0,54% jadi US$ 92,50 per metrik ton. Tapi dalam sepekan terakhir, harganya melambung 6,50%.
Research & Analyst Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menuturkan, gerakan penghentian penggunaan batubara semakin meluas. Sebelumnya Britania Raya, Belanda, Prancis, Jerman, Austria dan Denmark mengumumkan rencana menghentikan penggunaan si hitam ini di 2035–2040.
Setelah itu, menyusul Finlandia dan Kanada menyatakan niatan tidak memakai batubara. Isu lingkungan inilah yang jadi penyebab utama koreksi harga batubara.
Tidak hanya itu, International Energy Agency (IEA) melaporkan, penggunaan gas alam untuk pembangkit listrik di AS lebih tinggi ketimbang batubara. Pelaku pasar pun melihat permintaan batubara akan terus turun. “Harga batubara juga mengalami koreksi teknikal,” kata Deddy.
Untunglah, permintaan batubara di sejumlah negara masih tinggi. Per Oktober 2016, impor batubara China dari Korea Selatan tercatat naik 1,23% menjadi 1,82 juta ton.
Ini jadi kenaikan pertama setelah dalam tiga bulan terakhir terus merosot. Selain itu, ekspor batubara Australia ke China juga kembali naik ke level 1,60 juta ton dibandingkan bulan sebelumnya.
“Seperti yang saya duga, permintaan batubara, khususnya dari China dan negara Asia lainnya, masih akan sangat tinggi meski negara-negara maju terus mengurangi penggunaan batubara,” papar Deddy.
Musim dingin
Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures, menambahkan, peluang kenaikan harga masih terbuka memasuki musim dingin tahun ini. Biasanya, kebutuhan penghangat ruangan dan listrik rumah tangga dan perusahaan akan naik.
“Akhir tahun ini, cuaca masih dibayangi La Nina yang membuat suhu dingin menjadi lebih ekstrem,” imbuh Wahyu.
Ia pun menganalisa, sampai akhir 2016, pergerakan harga batubara terjaga di rentang US$ 83–US$ 102 per metrik ton. Cuma, harga batubara masih bisa merosot lantaran sejumlah negara produsen berniat menaikkan produksi.
China salah satu negara yang berencana genjot produksi. Jika kenaikan produksi ini mengakibatkan suplai melebihi permintaan, maka harga batubara akan turun. Tapi paling tidak, selama musim dingin ini, pasokan akan diserap oleh kebutuhan global.
Deddy bilang, selama harga berada di atas level US$ 86 per metrik ton, peluang batubara bertahan di tren bullish masih terbuka lebar. “Setidaknya sampai kuartal pertama 2017 nanti tren bullish masih terjaga dengan permintaan yang diperkirakan terus tumbuh,” papar dia.
Dari sisi teknikal harian, harga masih bergerak di atas MA 50, 100 dan 200, mendukung kenaikan lanjutan. Ini sejalan dengan stochastic level 23 yang sudah masuk area oversold, sehingga bisa memicu rebound jangka pendek.
Tapi garis MACD di area negatif dengan histogram di level minus berpola downtrend. Indikator relative strength index (RSI) level 47 juga mengarah ke bawah.
Menurut hitungan Deddy, harga batubara hari ini (29/11) akan bergulir di kisaran US$ 86,00–US$ 95,00 per metrik ton. Wahyu memperkirakan harga bergerak antara US$ 85,00–US$ 100,00 per metrik ton sepekan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News