Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Harga gas alam merosot ke level terendah sejak April 2012.
Membludaknya persediaan menjadi salah satu faktor utama.
Mengutip Bloomberg Selasa (27/10) pukul 12.02 WIB, harga gas alam kontrak pengiriman November 2015 di bursa New York Merchantile Exchange menyusut 2,18% ketimbang hari sebelumnya ke level US$ 2,017 per mmbtu.
Sepekan, harga gas alam meluncur 18,53%.
Pengamat Komoditas Ibrahim menjelaskan, tingginya suplai menekan harga gas alam.
Berdasarkan data Energy Information Administration per 16 Oktober 2015, persediaan gas alam di Amerika Serikat (AS) tercatat 3,81 triliun kaki kubik.
Angka tersebut 4,5% lebih banyak ketimbang rata-rata stok gas alam selama lima tahun.
Padahal, pasokan gas alam yang melimpah belum diimbangi oleh kenaikan permintaan.
Mengacu Commodity Weather Group, cuaca di kawasan AS bagian timur akan lebih hangat dari biasanya untuk periode 1-10 November 2015.
"Kebutuhan gas alam berkurang karena belum cuaca belum dingin," jelasnya.
Di saat yang sama, Eropa masih mengalami perlambatan ekonomi.
Pertemuan Bank Sentral Eropa alias European Central Bank (ECB) beberapa saat lalu mengindikasikan akan menggelontorkan stimulus sebesar US$ 1,1 triliun guna menggenjot ekonomi.
Apalagi gejolak di Yunani masih terasa.
Sebab, lanjut Ibrahim, negeri para dewa masih menunggu dana bailout sebesar 89,8 miliar euro yang sudah dijanjikan ECB.
Begitu pula dengan China yang akhir pekan lalu baru memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,35%, aksi keenam sejak November 2014.
"Jangka panjang kebijakan ini bagus karena bisa membenahi ekonomi. Tapi jangka pendek, respon pelaku pasar negatif," tukasnya.
Perlambatan ekonomi yang dialami AS, Eropa dan China turut menggerus harga gas alam.
Wajar, ketiga negara tersebut merupakan konsumen terbesar komoditas ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News