kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,60   5,02   0.56%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Babak Belur Sepanjang 2022, Aset Kripto Diproyeksi Masih Punya Prospek Cerah


Minggu, 05 Juni 2022 / 12:30 WIB
Babak Belur Sepanjang 2022, Aset Kripto Diproyeksi Masih Punya Prospek Cerah


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah superior pada tahun 2021, nasib aset kripto justru berbalik 180 derajat pada tahun 2022. Sejak awal tahun hingga awal Juni 2022, aset kripto menjadi instrumen investasi dengan kinerja terburuk.

Merujuk Coinmarketcap, pada pukul 11.30 WIB, Bitcoin berada di level US$ 29.709,05 atau telah turun 37,70% secara year to date. Sementara itu, Ethereum yang berada di level US$ 1.789,96, lalu Binance Coin yang berada di level US$297,10, masing-masing juga sudah turun 52,52% dan 43,67% sepanjang tahun berjalan.

VP Growth Marketing Tokocrypto Cenmi Mulyanto mengungkapkan, aset kripto pada tahun ini memang akan sulit untuk bisa mengulang pertumbuhan layaknya 2020-2021 silam. Pasalnya, faktor eksternal terus-menerus pasar aset kripto sepanjang 2022 ini.

“Kondisi seperti faktor makroekonomi, inflasi yang tinggi, hingga permasalahan geopolitik sangat sangat mempengaruhi pertumbuhan market kripto saat ini. Aset kripto tidak sendiri, mengingat pasar saham dan instrumen investasi lainnya juga mengalami kondisi yang serupa,” kata Cenmi ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (3/6).

Baca Juga: Aset Berisiko Dihindari, Harga dan Market Cap Kripto Anjlok Sepanjang 2022

Walau begitu, Cenmi percaya industri aset kripto masih punya prospek menarik dan yang terjadi saat ini merupakan koreksi sementara saja. Bahkan, menurutnya, fase bearish pada market kripto saat ini justru baik dan sehat untuk industri. Kondisi tersebut dinilai bisa layaknya seleksi alam, karena memperlihatkan project kripto yang baik dan tidak.

Ia mencontohkan, kasus yang menimpa Terra LUNA merupakan kondisi market yang menguji konsep stablecoin algoritmik. Ternyata terbukti konsep tersebut masih punya kelemahan dibandingkan stablecoin yang di-backup dengan aset mata uang fiat.

“Hal-hal tersebut yang bisa dijadikan pelajaran dalam membentuk industri yang sehat dan terus melahirkan inovasi baru. Sehingga peluang untuk yang lebih besar di masa mendatang,” imbuhnya.

Di satu sisi, dia juga menilai kondisi bearish aset kripto saat ini sangat berbeda dibandingkan kondisi serupa pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan pasar saat ini yang telah dimasuki oleh banyak investor institusional.

Pada akhirnya, keberadaan investor institusional tersebut justru tidak akan membiarkan perbendaharaan aset Bitcoin mereka terperosok lebih jauh. Alhasil, kondisi tersebut bisa menguatkan market untuk kembali bullish ke depannya.

Apalagi ke depannya industri kripto masih punya potensi yang sangat besar, oleh karena itu Cenmi optimistis aset kripto masih bisa kembali bullish. Dengan adopsi teknologi blockchain yang semakin luas, nantinya aset kripto tidak sebatas sebagai instrumen investasi.

Akan tetapi juga sebagai backbone ekosistem yang bisa menyelimuti banyak sektor, yang pada akhirnya akan memperkuat fundamental kripto itu sendiri.

“Investor bisa melihat industri aset kripto di Indonesia lebih luas lagi. Dampaknya akan besar tidak hanya sebagai instrumen investasi, tetapi membangun industri blockchain yang bisa meliputi banyak sektor,” jelas Cenmi.

Transaksi Tetap Tumbuh

Di tengah tekanan yang dihadapi aset kripto sepanjang tahun ini, hal ini turut berdampak pada market cap industri kripto. Mengawali tahun ini, market cap industri kripto masih sebesar US$ 2,19 triliun. Namun, pada hari ini, Minggu (5/6), market cap industri kripto susut menjadi US$ 1,26 triliun, artinya sudah terjadi penyusutan sebesar 42,5% pada periode tersebut.

Baca Juga: FTC: Kerugian Korban Penipuan Uang Kripto di AS Capai US$ 1 Miliar Sejak 2021

Cenmi mengakui imbas dari tren bearish aset kripto dalam beberapa pekan terakhir telah membuat market anjlok. Sebagian investor telah panik sehingga melakukan banyak aksi jual dan memindahkan dananya ke aset yang tidak beresiko.

Walau begitu, ia menyebut kondisi tersebut tidak banyak memberi dampak yang signifikan terhadap trading volume aset kripto di Tokocrypto. Selain itu, jumlah investor di Tokocrypto juga masih tetap mencatatkan pertumbuhan di tengah kondisi tersebut.

“Sepanjang April-Mei, dari data internal terjadi peningkatan 15% dari daily trading volume pada kuartal I 2022 sebesar $ 50 juta. Kemungkinan, investor dalam negeri masih percaya terhadap pertumbuhan industri aset kripto ke depannya,” tutur Cenmi.

Sementara untuk jumlah investor di Tokocrypto, Cenmi menyebut per April kemarin, jumlahnya sudah sebesar 2,7 juta investor. Adapun, pada akhir kuartal I-2022, jumlahnya sebanyak 2,5 juta investor. Artinya masih ada kenaikan sekitar 200.000 investor di tengah tekanan yang dihadapi industri kripto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×