kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.904   26,00   0,16%
  • IDX 7.205   64,44   0,90%
  • KOMPAS100 1.107   12,16   1,11%
  • LQ45 879   12,29   1,42%
  • ISSI 221   1,13   0,52%
  • IDX30 449   6,77   1,53%
  • IDXHIDIV20 541   6,33   1,18%
  • IDX80 127   1,54   1,22%
  • IDXV30 135   0,55   0,41%
  • IDXQ30 149   1,80   1,22%

Awas, saham sektor perbankan rawan terkoreksi


Sabtu, 11 Mei 2019 / 11:05 WIB
Awas, saham sektor perbankan rawan terkoreksi


Reporter: Yoliawan H | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham sektor perbankan masih menunjukkan tren yang solid di awal tahun ini. Namun bukan berarti tak ada tantangan yang menanti. Justru, sektor ini dinilai rawan koreksi.

Di sepanjang pekan ini, Indeks harga saham gabungan (IHSG) turun hingga 1,84% ke level 6.204. Secara year to date (ytd) sudah tergerus cukup dalam hingga hanya naik tipis 0,16%. Perang dagang yang memanas serta hasil pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di luar ekspektasi jadi faktor pemberatnya.

Kendati demikian, saham sektor keuangan berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Kamis (9/5) masih dapat tumbuh 5,94% di tengah IHSG yang mulai stagnan.

Melihat kondisi tersebut, Wijen Pontus, analis Royal Investium Sekuritas mengatakan saham sektor keuangan khususnya perbankan masih rawan terkoreksi saat ini dan bukan masuk ke dalam saham yang defensif. Mengapa demikian, menurutnya, saat ini secara valuasi saham perbankan sudah termasuk mahal.

“Saham bank sudah mahal. Return on investment (ROI) bank jadi pertimbangan. Malah BBRI (anggota indeks Kompas100) ROI-nya turun,” ujar Wijen kepada Kontan, Jumat (10/5).

Di sisi lain, saham perbankan menjadi lebih rawan terkoreksi tidak hanya dari perang dagang, melainkan lebih kepada perlambatan ekonomi. Kendati di kuartal I 2019 Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 5,07%, namun ini masih melambat. Pun dari sisi penyaluran kredit perbankan terjadi perlambatan.

Data Bank Indonesia (BI) melalui perkembangan uang beredar, per Maret 2019 menunjukkan, pertumbuhan kredit perbankan mengalami perlambatan. Pernyaluran kredit tercatat sebesar Rp 5.319 triliun atau tumbuh 11,5 % yoy, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 12% yoy.

“Suku bunga acuan BI yang stabil juga belum mampu mendongkrak tingkat kredit secara signifikan. Belum lagi ditambah adanya ancaman dari perusahaan financial technology dan digital payment, ini jadi pengaruh ke bank, meskipun belum besar. Tapi ini jadi ancaman,” ujar Wijen.

Untuk saham yang masuk ke dalam kategori defensif saat ini masih sektor konsumer seperti UNVR (anggota indeks Kompas100), KLBF (anggota indeks Kompas100), HMSP (anggota indeks Kompas100), dan MYOR (anggota indeks Kompas100).

Serta infrastruktur seperti TLKM  (anggota indeks Kompas100), dan TBIG (anggota indeks Kompas100). Dikarenakan faktor dari tahun politik yang sudah ada kepastian serta masuk musim hari raya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×