Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan untuk menaikkan tarif impor barang dari China sebanyak 25%, pasar keuangan global otomatis bergejolak. Tentunya, saat-saat seperti ini investor perlu berhati-hati dalam menentukan pilihan investasinya.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengungkapkan, penurunan harga yang terjadi saat ini, bisa dimanfaatkan investor untuk mendapatkan reksadana saham di harga murah.
"Pengaruh dari perang dagang yang sifatnya ke sentimen itu jangka pendek, sedangkan yang sifatnya fundamental itu ke pertumbuhan ekonomi global dan beberapa harga komoditas tertentu," kata Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Jumat (10/5).
Untuk itu, dengan kondisi yang ada, Panin Asset Management masih optimistis bahwa valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang wajar di tahun ini berada pada rentang 7.200-7.400.
Menurutnya, pilihan investasi yang tepat saat ini hanya di reksadana. "Semua jenis reksadana bisa jadi pilihan sesuai dengan profil risiko. Jenis reksadana saham itu saat ini murah karena sedang terkoreksi," ungkapnya.
Rudy menegaskan, bahwa pilihan investasi bersifat jangka panjang, bukan karena 1-2 cuitan Twitter kemudian investor pindah kelas aset. Tapi, lebih kepada melihat valuasi murah, maka momentum tersebut bisa dimanfaatkan oleh investor untuk masuk.
"Kalau investasi komoditas di Indonesia instrumennya belum jelas, tidak ada reksadana berbasis komoditas yang tersedia. Sementara investasi langsung, mahal di penyimpanannya," ujannya.
Di sisi lain, Direktur Utama Avrist Asset Management Hanif Mantiq mengutarakan, safe haven yang menarik dilirik saat terjadi tekanan di pasar global seperti saat ini adalah emas. Sedangkan untuk mata uang asing, menurutnya belum ada yang menarik dilirik saat ini.
"Kalau yang paling aman beli emas, karena China sendiri membeli emas sebagai safe haven. Dengan adanya trade war antara China dan Amerika, Negeri Tirai Bambu itu justru memilih emas sebagai cadangan devisanya dibanding dollar AS," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News