Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sanny Cicilia
BOGOR. Emiten produsen sparepart kendaraan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) memperkirakan penjualan tahun 2016 masih akan lebih baik dibanding tahun ini. Perseroan menargetkan masih bisa tumbuh 5%. Optimisme ini seiring dengan rencana Grup Astra merilis beberapa produk baru di tahun depan.
Direktur Keuangan Astra Otoparts, Hugeng Gozali mengatakan, dengan peluncuran produk baru tersebut maka kebutuhan akan orderdil akan terus meningkat.Ditambah dengan jumlaha kendaraan yang terus meningkat setiap tahunnya. "Akan ada Kijang model baru dan ada rencana Astra mengeluarkan Toyota Fortuner model baru, honda baru. Populasi mobil dan motor tiap tahun meningkat maka onderdil juga ikut naik,” ujar Hugeng di Bogor akhir pekan lalu.
Dia menambahkan, perseroan akan tetap menjaga pasar impor 10%. Sementara komposisi penjualan segmen Original Equipment for Manufacturers (OEM) dan Replacement Market (REM) akan dijaga supaya berimbang dengan porsi masing-masing 45% karena perseroan memang lebih mengarah pada bisnis manufaktur.
Pada sembilan bulan pertama tahun ini, penjualan segmen OEM turun dari 54,2% menjadi 48%. Sedangkan segmen REM tercatat naik dari 37% menjadi 42%. Dan sisanya bersala dari penjualan ekspor.
Sementara ekpsor, lanjut Hugeng, belum bisa digenjot lantaran kondisi di negara tujuan ekspor AUTO masih mengalami tantangan. Di timur tengah dan Afrika Utra misalnya masing mengalami ketegangan dan kondisi ekonomi di kawasna Asean masih dilanda kelesuan.
Kendati demikian, AUTO masih mencemaskan perolehan laba bersih di tahun depan. Pasalnya, adanya tuntutan Upah Minimum Buruh bisa menekan margin perseroan mengingat komponen upah terhadap penjualan AUTO mencapai 10%. "Jika UMP naik 17% seperti yang terjadi tahun ini maka akan komponen upah buruh terhadap penjualan akan naik 1,5% dan ini akan menekan margin." jelas Sugeng.
Sementara komponen biaya material terhadap penjualan mencapai 50% serta biaya transportasi dan lain-lain mencapai 25%. Sehingga margin dari penjualan hanya mencapai 15%.
Dengan jumlah tenaga kerja AUTO sebanyak 33 ribu orang, Hugeng menilai kenaikan tinggi upah minimum sangat besar terhadap kinerja perseroan. Menurutnya, kenaikan upah minimun hingga 17% akan menggerus laba bersih hingga puluhan miliar. "Saya merasa penetapan kenaikan yang dilakukan pemerintah sudah tepat." ujarnya.
Untuk mengantisipasi kenaikan upah buruh, AUTO terus melakukan strategi agar laba bersih tetap terjaga tanpa harus menaikkan harga ataupun melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Langkahnya adalaha dengan cara penghematan dari penggunaan material dan pengurangan jam produksi.
Sementara menaikkan harga orderdil tidak akan mudah bisa dilakukan karena kondisi ekonomi tengah lesu dan ditambah dengan aturan Kementerian Perdagangan yang baru dengan membuka barang impor membuat persaingan semakin ketat.
Disamping itu, perseroan terus fokus memperkuat distribusi dan memperketat biaya operasional melalui kegiatan otomatisasi pabrik guna menjaga margin. AUTO akan mulai memfokuskan diri untuk melakukan peningkatan otomatisasi proses produksi. Caranya dengan meningkatkan kualitas agar barang reject berkurang.
Lebih lanjut, Hugeng mengatakan, perseroan juga akan menekan belanja modal (capex) tahun depan lantaran kondisi ekonomi yang masih belum pulih. Perseroan hanya menganggarkan capex Rp 1,5 triliun -Rp 2 triliun tahun depan, turun dari anggaran tahun ini sebesar Rp 3 triliun. Capexakan dianggarkan dari khas internal sebesar 80% dna pinjaman bank 20%.
Tahun ini saja sebetulnya AUTO mengaggarkan capex Rp 4 triliun. Namun dipangkas menjadi Rp 3 triliun karena kondisi ekonomi lesu. Bahkan hingga akhir tahun, pex tersebut hanya akan tersap sekitar 60%. "Kita tahun depan tidak akan melakukan peningkatan kapasitas. Jadi hanya akan melakukan peningkatan kualitas dan supporting," lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News