Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Namun, seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang cenderung membaik di tahun depan, Regina menyebut pelaku pasar perlu mewaspadai perubahan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia selaku pemegang kebijakan moneter.
Sebab, membaiknya ekonomi diiringi adanya peningkatan inflasi karena tingkat konsumsi masyarakat dan mobilitas yang meningkat. Maka, ada potensi bagi BI untuk melakukan perubahan kebijakan moneter guna menjaga tingkat inflasi dan daya beli atau konsumsi masyarakat.
Hal ini juga berlaku untuk Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed. Apabila pertumbuhan ekonomi AS, terutama dari sisi inflasi dan ketenagakerjaan terus membaik, maka ada potensi bagi The Fed untuk merubah kebijakan moneter yang ada pada tahun 2022, sehingga hal ini juga perlu diperhatikan oleh para pelaku pasar.
Senada, Rifqi menyebut, dari faktor eksternal, arah kebijakan moneter adalah kebijakan tightening yang mampu menjadi risiko out flow dan risiko pembiayaan, yang pada akhirnya bisa menjadi sentimen negatif bagi IHSG.
Dengan asumsi tersebut, MNC Sekuritas tetap mempertahankan target IHSG akhir tahun 2021, dengan base case scenario di level 6.320, level 7.221 untuk bullish scenario, dan 5.651 untuk bearish scenario.
Selanjutnya: IHSG melemah 1,02% ke 6.076 pada akhir sesi pertama, asing beli BUKA, TLKM, BBRI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News