kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asing mulai catatkan beli bersih, begini penyebabnya menurut analis


Senin, 09 Desember 2019 / 15:33 WIB
Asing mulai catatkan beli bersih, begini penyebabnya menurut analis
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia Jakarta. KONTAN/Carolus Agus Waluyo/03/12/2019


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam dua pekan terakhir, asing melakukan aksi beli bersih (net foreign buy) di bursa saham Indonesia.

Berdasarkan data Bloomberg, pada 25 November-29 November 2019 net foreign buy mencapai Rp 479,68 miliar. Sedangkan pada 2 Desember-6 Desember 2019 net foreign buy mencapai Rp 516,8 miliar. Apabila dijumlahkan, dalam dua pekan tercatat net foreign buy Rp 996,48 miliar.

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menjelaskan asing mulai kembali ke pasar dalam negeri didukung oleh sentimen menjelang pertemuan Amerika Serikat (AS)-China. Pasalnya, Presiden AS Donald Trump sebelumnya sempat mengatakan bahwa Washington akan menunda perundingan hingga November 2020. 

Baca Juga: IHSG gagal bertahan di atas 6.200, masih menguat 0,10%

Namun, pada pertengahan pekan kemarin terdengar kabar bahwa negosiasi semakin dekat dengan penandatanganan fase pertama.

"Dari sana saya lihat market global bergerak naik, dana asing mulai masuk ke pasar kita. Nah itu rebound pasar kita," jelas Hans saat ditemui Kontan.co.id di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (9/12).

Selain itu, Hans berpendapat masuknya asing ke pasar saham dalam negeri juga didukung oleh hasil riset JPMorgan yang memproyeksikan IHSG di akhir tahun 2020 akan menyentuh 7.250. Sedangkan pada perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.201,39.

JPMorgan menyebutkan katalis positif tersebut didukung oleh tiga hal. Pertama, koalisi di DPR pada pemerintahan Presiden RI Joko Widodo yang mencapai 74% akan mempermudah mengeksekusi kebijakan. Kedua, agenda Omnibus Law. Ketiga, pelonggaran kebijakan moneter.

Selain itu, JPMorgan juga memprediksi rata-rata laba per saham emiten alias earning per share (EPS) pada 2020 mencapai 12%. "Nah kalau dilihat perkiraan pertumbuhan EPS sekitar 12%, asing cukup optimistis dengan Indonesia jadi market bergerak naik," imbuh dia.

Hans memprediksi EPS pada akhir tahun ini akan tumbuh di kisaran 5%-8%, sedangkan tahun depan akan membaik di kisaran 10%-12%.

Lebih lanjut, ke depan IHSG diprediksi akan membaik mengingat inflasi masih terjaga dan pertumbuhan ekonomi masih cenderung solid. 

Selain itu, harga crude palm oil (CPO) diproyeksikan akan membaik mengingat India diprediksi akan meningkatkan impornya sementara Malaysia membatasi ekspor dan Indonesia tengah menerapkan kebijakan B30. Kedua, pembatasan ekspor ore nikel juga menjadi katalis positif bagi pasar dalam negeri.

Baca Juga: IHSG Naik 2,91%, Ini Valuasi Saham yang Melambung Tinggi di Pekan Lalu (2-6 Desember)

Dengan pertimbangan tersebut, Hans menyarankan investor untuk masuk saat pasar koreksi. "Kalau market melemah beli, kalau lagi naik jangan dikejar karena bisa saja Donald Trump nge-twit sesuatu yang tidak bagus akhirnya turun," imbuh dia.

Hans melihat beberapa saham di sektor konstruksi, perbankan, dan infrastruktur masih menarik. Beberapa pilihan Hans adalah saham WIKA, WSKT, PTPP, ADHI, BBRI, BMRI, BBNI, ERAA, TLKM, JSMR dan PGAS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×