Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi
Selain itu, JPMorgan juga memprediksi rata-rata laba per saham emiten alias earning per share (EPS) pada 2020 mencapai 12%. "Nah kalau dilihat perkiraan pertumbuhan EPS sekitar 12%, asing cukup optimistis dengan Indonesia jadi market bergerak naik," imbuh dia.
Hans memprediksi EPS pada akhir tahun ini akan tumbuh di kisaran 5%-8%, sedangkan tahun depan akan membaik di kisaran 10%-12%.
Lebih lanjut, ke depan IHSG diprediksi akan membaik mengingat inflasi masih terjaga dan pertumbuhan ekonomi masih cenderung solid.
Selain itu, harga crude palm oil (CPO) diproyeksikan akan membaik mengingat India diprediksi akan meningkatkan impornya sementara Malaysia membatasi ekspor dan Indonesia tengah menerapkan kebijakan B30. Kedua, pembatasan ekspor ore nikel juga menjadi katalis positif bagi pasar dalam negeri.
Baca Juga: IHSG Naik 2,91%, Ini Valuasi Saham yang Melambung Tinggi di Pekan Lalu (2-6 Desember)
Dengan pertimbangan tersebut, Hans menyarankan investor untuk masuk saat pasar koreksi. "Kalau market melemah beli, kalau lagi naik jangan dikejar karena bisa saja Donald Trump nge-twit sesuatu yang tidak bagus akhirnya turun," imbuh dia.
Hans melihat beberapa saham di sektor konstruksi, perbankan, dan infrastruktur masih menarik. Beberapa pilihan Hans adalah saham WIKA, WSKT, PTPP, ADHI, BBRI, BMRI, BBNI, ERAA, TLKM, JSMR dan PGAS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News