kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Aset Kripto Masih Tertekan, Investor Harus Bagaimana?


Jumat, 14 Maret 2025 / 19:12 WIB
Aset Kripto Masih Tertekan, Investor Harus Bagaimana?
ILUSTRASI. Harga aset kripto masih mengalami tekanan, tercermin dari harga Bitcoin (BTC) yang terus menyusut.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga aset kripto masih mengalami tekanan, tercermin dari harga Bitcoin (BTC) yang terus menyusut.

Berdasarkan coinmarketcap, BTC berada di harga US$ 82.981 atau turun 0,17% dalam 24 jam terakhir pada Jumat (14/3) pukul 17.41 WIB. Penurunannya juga masih terasa dengan pelemahan 6,97% dalam sepekan dan 13,67% dalam sebulan.

Analyst Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan, sebulan terakhir pasar kripto menghadapi tekanan jual yang cukup besar. Hal ini menyebabkan harga mayoritas aset digital mengalami koreksi signifikan.

Salah satu faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga adalah arus keluar besar dari produk investasi kripto, terutama dari ETF Bitcoin Spot. Data terbaru menunjukkan bahwa dalam empat minggu terakhir, produk investasi aset digital mencatat outflow sebesar US$ 4,75 miliar, dengan Bitcoin mengalami arus keluar terbesar sebesar US$ 756 juta.

"Hal ini mencerminkan bahwa investor institusional masih memilih mengurangi eksposur terhadap aset digital di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar," ujar Fyqieh kepada Kontan.co.id, Jumat (14/3).

Baca Juga: Michael Saylor Tak Terbendung! Siap Himpun US$21 Miliar untuk Borong Bitcoin

Di sisi lain, kebijakan ekonomi Donald Trump, khususnya terkait tarif perdagangan terhadap Kanada, Meksiko, dan China, turut menambah tekanan bagi aset berisiko seperti kripto. Trump sendiri mengakui kebijakannya akan menyebabkan penderitaan jangka pendek bagi ekonomi AS.

Fyqieh menilai, pernyataan tersebut membuat banyak investor memilih mengamankan modal mereka di aset yang lebih stabil, seperti dolar AS dan obligasi. Selain itu, cadangan Bitcoin strategis yang diumumkan Trump awalnya memicu optimisme pasar, tetapi realitasnya tidak sesuai dengan ekspektasi investor.

Pemerintah AS tidak membeli Bitcoin secara langsung, melainkan hanya mengalokasikan BTC yang disita sebagai bagian dari cadangan. "Hal ini berarti tidak ada aliran modal baru yang masuk ke pasar, yang pada akhirnya tidak memberikan dampak bullish jangka pendek bagi harga Bitcoin dan altcoin lainnya," terangnya.

Faktor lain yang memperparah tekanan di pasar adalah penurunan volume perdagangan kripto yang signifikan sejak Februari. Data dari CoinGecko menunjukkan bahwa volume perdagangan harian telah turun lebih dari 50%, dari puncaknya US$ 440 miliar menjadi hanya US$ 163 miliar pada 12 Maret.

Bagaimana sebaiknya investor kripto?

Dengan situasi ini, kata Fyqieh, Keputusan untuk tetap bertahan atau keluar dari pasar sangat bergantung pada profil risiko dan strategi masing-masing investor. Namun memang, saat ini banyak investor ritel masih bersikap wait and see, tetapi institusi besar seperti BlackRock kembali mengakumulasi Bitcoin setelah sempat berhenti selama dua minggu.

"Jika tekanan jual dari ETF dan faktor makro mulai mereda, sentimen pasar bisa berbalik bullish dalam waktu singkat," katanya.

CEO Triv, Gabriel Rey meyakini prospek BTC tetap positif dengan Senator Cynthia Lummis kembali mengajukan Rancangan Undang-Undang Bitcoin agar pemerintah AS mengakuisisi 1 juta Bitcoin selama lima tahun. "Saya yakin ini akan disetujui, hanya tinggal menunggu waktu mengingat kongres mayoritas diisi oleh Partai Republik," katanya.

Baca Juga: Penurunan Bitcoin Memicu Panic Selling, Apakah Harga Akan Anjlok Menuju US$70.000?

Dengan situasi saat ini, bagi investor jangka pendek, volatilitas tinggi dapat menjadi peluang trading. Fyqieh melihat BTC masih bergerak dalam rentang harga US$ 78.000 - US$ 90.000. Menurutnya, trader dapat memanfaatkan strategi buy the dip di area support dan take profit di area resistance.

Hanya saja, ia mengingatkan, arus keluar dana dari ETF Bitcoin masih menjadi tekanan besar. Jika tren ini berlanjut, Fyqieh menilai ada kemungkinan harga BTC kembali menguji level support di kisaran US$ 75.000 - US$ 78.000.

Sementara bagi investor yang memiliki aset kripto spekulatif atau terlalu banyak eksposur pada altcoin dengan fundamental lemah, mengurangi posisi bisa menjadi pilihan jika harga Bitcoin turun di bawah US$ 75.000, yang dapat memicu panic selling lebih besar.

Selain itu, likuidasi besar-besaran di pasar derivatif atau memburuknya kondisi makroekonomi, seperti kebijakan suku bunga tinggi dari The Fed, juga bisa menjadi alasan untuk keluar dari pasar. "Namun, bagi yang memegang Bitcoin, Ethereum, atau proyek dengan fundamental kuat, tetap bertahan bisa menjadi pilihan yang lebih bijak karena potensi keuntungan jangka panjang masih ada," kata Fyqieh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×