Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Menurut Leonardus, kesepakatan dagang yang terjadi berbarengan dengan momentum musim dingin di China diharapkan dapat memberi dorongan positif terhadap pasar komoditas batubara.
“Walaupun mungkin efeknya baru akan terasa setelah libur Tahun Baru China,” ujar Leonardus kepada Kontan.co.id, Jumat (17/1).
Leonardus tidak menampik, kecamuk perang dagang memiliki pengaruh terhadap ekspor batubara. Sebab, permintaan batubara berimbas terhadap indeks harga yang menurun dan kebanyakan kontrak jangka panjang mengikuti fluktuasi harga indeks tersebut.
Baca Juga: Terdampak kenaikan harga minyak, ini strategi Mitrabahtera Segara (MBSS)
Tahun lalu, produksi INDY mencapai 34 juta ton. Untuk target produksi tahun ini, INDY belum bisa merilisnya sebab harus mengikuti persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang dikeluarkan pemerintah.
“Dalam hal ini kami yakin pemerintah akan bijaksana dalam menjaga demand dan supply dengan menentukan saat yang tepat bila harus dilakukan peningkatan produksi,” tutup Leonardus.
Melansir dari laporan keuangan INDY, per kuartal III-2019 emiten penghuni Indeks Kompas100 ini membukukan pendapatan sebesar US$ 2,08 miliar. Sebanyak 50,31% atau US$ 1,04 miliar diantaranya merupakan penjualan batubara terhadap pelanggan luar negeri.
Baca Juga: Humpus Intermoda Tbk (HITS) tidak terdampak efek kenaikan harga minyak
Berdasarkan catatan Kontan.co.id, saat ini pangsa ekspor batubara terbesar INDY masih didominasi oleh China yakni sebesar 37%, disusul Korea Selatan sebesar 9% dan India dengan pasar ekspor sebesar 7%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News