kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Arah harga minyak tergantung hubungan Arab dan Iran


Rabu, 18 September 2019 / 18:46 WIB
Arah harga minyak tergantung hubungan Arab dan Iran
ILUSTRASI. Ledakan di kilang minyak Aramco, Abqaiq, Arab Saudi (14/9/2019).


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sempat melonjak di awal pekan, harga minyak mentah dunia kembali bergerak turun. Penurunan harga minyak kali ini, lebih karena adanya laporan kenaikan persediaan.

Awal pekan ini, harga minyak sempat loncat mendadak usai perusahaan minyak milik Arab Saudi, Aramco diserang 10 drone pada, Sabtu (14/9). Akibatnya, produksi minyak di Arab Saudi anjlok 5,7 juta barel per hari atau sekitar 50% dari total produksi Arab Saudi.

Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Rabu (18/9) pukul 17.08 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Desember di New York Mercantile Exchange (Nymex) tercatat turun 0,71% di level US$ 58,92 per barel.

Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar menjelaskan, penurunan harga minyak malam tadi disebabkan oleh naiknya persediaan minyak mingguan di Amerika Serikat (AS) yang menurut versi API naik sebesar 600.000 barel per hari.

Baca Juga: Harga minyak turun setelah Arab Saudi memastikan pasokan pulih

Selain itu, sentimen lain juga datang dari laporan dari Arab Saudi di mana CEO Aramco menyebutkan fasilitas produksi minyak Abqaiq dapat pulih di akhir bulan ini. Selama ini, ladang minyak tersebut menghasilkan produksi minyak mentah sebesar 12 juta barel per hari.

Deddy mengungkapkan, meski di akhir bulan fasilitas produksi kilang minyak Aramco hanya mampu memproduksi minyak sebanyak 11 juta barel per hari, namun Arab Saudi memberikan sinyal pembuktian untuk mengamankan pasokan. 

"Faktor-faktor inilah yg menyebabkan harga minyak terkoreksi," kata Deddy kepada Kontan.co.id, Rabu (18/9).

Ke depan, harga minyak berpotensi untuk melanjutkan kenaikan dengan catatan ketegangan Timur Tengah mereda. Namun, jika terjadi sebaliknya semisal terjadi perang terbuka antara Arab Saudi dan Iran, Deddy memprediksikan harga minyak masih akan melonjak.

Kekhawatiran perang akan berlanjut, lantaran Arab Saudi sempat menyatakan bahwa pihaknya mempunyai bukti adanya keterlibatan Iran dalam kasus serangan drone akhir pekan lalu. Alhasil, jika terjadi perang terbuka, harga minyak ke depan berpotensi menyentuh US$ 70 per barel sampai US$ 80 per barel.

Namun, jika sebaliknya atau ketegangan di Timur Tengah mereda, Deddy memperkirakan harga minyak sampai akhir tahun berada di kisaran US$ 55 per barel dan US$ 50 per barel. 

"Rekomendasi saya kalau harga minyak akhir bulan ini tetap di bawah US$ 60 per barel, harga minyak berpotensi balik melemah," ungkapnya.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Arab Saudi akan beberkan bukti keterlibatan Iran

Dari sisi teknikal, pergerakan harga minyak masih bergulir di moving average (MA)50, MA100, dan MA200. Kondisi tersebut mengindikasikan harga minyak masih berpotensi menguat. Sedangkan dari indikator RSI, harga minyak masih bergerak di area 56 dan berotensi menguat.

Selain itu, pada indikator stochastic harga berada di area 62 yang artinya berpeluang naik. Disusul oleh indikator MACD yang masih berada di area positif. Untuk itu, secara teknikal harga minyak berpeluang untuk bullish.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×