Reporter: Rika Theo |
NEW YORK. Di saat normal, pekan depan bakal jadi masa cerah bagi Wall Street. Biasanya, Desember merupakan masa reli bagi pasar saham. Indeks S&P 500 telah naik 16 kali selama 20 tahun terakhir di bulan ini.
Namun tahun ini pasar berjalan tak normal sejak 7 November, sehari setelah pemilu AS. Sebab investor beralih ke masalah fiscal cliff.
Mereka khawatir akan kemungkinan politisi AS di parlemen tak berhasil sepakat atas negosiasi anggaran dan pemangkasan pajak AS.
Padahal, indikator ekonomi pekan lalu, termasuk data manufaktur dan data tenaga kerja, cukup positif. Namun, dat itu tak bunyi akibat kecemasan fiscal cliff tadi.
Masalah fiscal cliff telah memangkas S&P 500 turun 5,3% dalam dua pekan, namun kemudian mengangkatnya lagi 4% ketika nada positif tampak dari negosiasi di parlemen.
"Tidak biasa untuk bergantung pad asatu variabel di industri ini. Tidak biasa juga stau peluru menjadi faktor penyebab, dan Anda duduk di sini untuk dua pekan ke depan atau lebih, dengan kondisi ini, kata Sandy Lincoln, chief market strategist BMO Asset Management .
Namun Ryan Detrick, senior technical strategist Schaeffer Investment Research percaya bahwa penurunan pasar belakangan ini mungkin sudah masuk ke dasar, dan pasar bersiap-siap menyambut reli Desember.
"Kekhawatiran fiscal cliff mungkin sudah terlalu dibesar-besarkan. Ketika Anda melihat sentimen-sentimen yang ada, sudah terlalu negatif. Dari sisi kontrarian, dengan bullish yang secara historis terjadi, kita akan sekali lagi bisa menempatkan diri di reli akhir tahun berdasarkan ekskpektasi yang lebih rendah," kata Detrick.
Analis lain memandang fiscal cliff sebagai kejadian tak biasa sehingga perbandingan historis harus dibuang. Reli kemungkinan tak terjadi karena pasar kurang percaya Washington bisa menncapai kesepakatan dan dampak ekonomi badai Sandy," ujar Phil Orlando, chief market strategist BMO Asset Management.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News