Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) masih mencari dana untuk memuluskan proyeknya. ANTM tengah menjajaki pinjaman sebesar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13 triliun (asumsi nilai tukar Rp 13.000 per dollar AS).
ANTM akan memperoleh pinjaman itu dari China Development Bank (CDB). “Sampai saat ini kami masih due diligence,” ungkap Direktur Pengembangan ANTM Johan Nababan, Rabu, (1/7).
Pinjaman itu didapat setelah Presiden Joko Widodo dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno melakukan pendekatan dengan CDB ketika berkunjung ke Tiongkok. Secara government to government pun telah ada komitmen pemberian pinjaman dari CDB ke Indonesia.
Johan bilang adanya kelonggaran apabila ANTM meraih pinjaman dari CDB. Pertama, CDB bisa memberikan tenor 15 tahun dan periode tak membayar pokok utang hingga 5 tahun. Kedua, bunganya pun terbilang rendah yakni sekitar LIBOR +0,35%.
Selain itu ANTM juga akan melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue sebesar Rp 5,39 triliun dengan rincian Rp 3,5 triliun Penambahan Modal Negara (PMN) dan Rp 1,89 triliun dari publik.
ANTM telah menunjuk 3 sekuritas pelat merah yakni Mandiri Sekuritas, Bahana Securities, dan Danareksa Securities sebagai penjamin emisi. Rencananya, right issue tersebut akan dieksekusi Oktober mendatang.
Dari perolehan dana pinjaman dan right issue tersebut, ANTM akan menggunakannya untuk proyek feronikel di Halmahera Timur yang bernilai US$ 1,6 miliar dan anodeslime yang membutuhkan dana US$ 40 juta. Dengan target raihan dana right issue setara US$ 405,25 juta, maka ANTM membutuhkan dana lagi sekitar US$ 1,23 miliar untuk pengerjaan proyek tersebut. “Nah, sisanya itu yang akan kita dapatkan dari CDB,” ujar Johan.
Selain itu, ANTM pun memiliki rencana pengerjaan proyek Smelter Grade Alumina (SGA) di Menpawah dengan nilai investasi US$ 1,7 miliar. Untuk proyek tersebut, ANTM menggandeng PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dan sedang mencari mitra ketiga.
Direktur Utama ANTM Tedy Badrujaman mengatakan, Inalum telah memiliki smelter yang mengubah SGA menjadi alumunium. Namun selama ini, Inalum biasanya mengimpor SGA. “Maka kami sangat sinergi dengan Inalum untuk bahan baku yang bisa menjadi stok mereka. Ini bukan hanya sinergi bahan mentah, tapi juga secara BUMN,” ucapnya.
Saat ini, terdapat beberapa mitra asing yang telah melakukan pendekatan. Johan merasa, mitra asal Tiongkok cukup menarik karena mereka pula yang akan membeli produk SGA tersebut. Tiap ada pengusaha Tiongkok yang melakukan penawaran, ANTM mengecek latar belakangnya di National Development and Reconciliation Center. Menurut Johan, ANTM dan Inalum harus memegang porsi mayoritas di proyek SGA tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News