Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. PT Waskita Karya (Persero) Tbk membidik kontrak baru senilai Rp 30 triliun pada tahun 2023. Angka itu naik 20% dibandingkan target tahun ini yang ditetapkan sebesar Rp 25 triliun.
Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono, menjelaskan, penetapan target sebesar Rp 30 triliun memang berat. Namun, potensi dan peluang untuk mencapai target cukup terbuka.
Dia mengatakan, ada alasan mengapa target kontrak baru yang ditetapkan Waskita cukup besar. Salah satunya, untuk mengantisipasi penurunan proyek di 2024 yang merupakan tahun politik di Indonesia.
Pasalnya, pada tahun politik nanti, anggaran pemerintah untuk sektor market konstruksi akan dipangkas.
"Itu sebabnya, tahun depan (2023), kontrak baru yang kami peroleh harus besar," jelas Destiawan dalam keterangan pers di Singapura, Jumat (16/12/2022).
Baca Juga: Waskita Karya Tunda Pelaksanaan Rights Issue Menjadi Januari 2023, Ini Alasannya
Destiawan menjelaskan, di tahun politik, Waskita akan menggarap kontrak multiyears atau menyelesaikan proyek-proyek yang didapat pada 2022 dan 2023.
Salah satunya adalah proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Destiawan bilang, saat ini, Waskita sudah mengantongi sejumlah proyek IKN.
"Artinya, Kementerian PUPR masih mempercayai Waskita untuk mengerjakan IKN," tambahnya.
Adapun sejumlah proyek IKN yang bakal digarap Waskita Karya antara lain:
Pertama, pembangunan menggarap Gedung Sekretariat Negara dengan nilai kontrak Rp 1,3 triliun.
"Untuk proyek gedung Sekretariat Negara, Waskita menanganinya sendiri," jelas Destiawan.
Kedua, pembangunan proyek jalan tol sepanjang 40 kilometer di IKN dengan nilai kontrak Rp 2,6 triliun. Proyek ini dikerjakan secara konsorsium antara Waskita bersama Modern Group dan PT Nindya Karya.
Selain itu, Waskita juga akan mengerjakan proyek jalan non-tol di kawasan IKN dengan kisaran nilai kontrak Rp 400 miliar.
Baca Juga: Siap Rebound, Ini Proyek Internasional dan Domestik Waskita Karya di 2023
Ada pula proyek instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di kawasan IKN senilai Rp 638 miliar.
"Proyek IPAL masih baru masuk dalam tahap akhir proses penetapan," jelasnya.
Waskita juga memiliki target penambahan proyek IKN, seperti perumahan menteri, mesjid, ada lima perumahan menko, dan dormitory atau perumahan untuk ASN.
Selain IKN, ada pula proyek luar negeri yang akan digarap Waskita. Pertama adalah proyek jalan di Sudan Selatan sepanjang 1.000 kilometer (Km).
Nilai total kontrak proyek Sudan Selatan mencapai US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 25 triliun untuk 5 tahun.
Proyek ini menggunakan skema barter, di mana nantinya proyek didanai oleh uang dari hasil pembelian minyak Pertamina dari Sudan. Itu artinya, Waskita akan menerima uang tunai dari Pertamina.
Kedua, pembangunan jalan di Timor Lester dengan nilai kontrak mencapai US$ 20 juta atau setara dengan Rp 250 miliar.
"Dari situ, kami berharap bisnis Waskita akan stabil. Kami tidak mengejar pertumbuhan, yang penting waskita masih bisa produksi, kemudian bisa cover untuk fixed cost-nya. Baru nanti di 2025 kita gas lagi setelah pemerintah baru announce terkait dengan programnya," paparnya.
Baca Juga: Kasus Waskita Karya, Kejagung Tetapkan 2 Eks Direktur Keuangan Jadi Tersangka
Waskita berharap, pemerintah baru yang terpilih nanti merupakan pemerintah yang memiliki visi terkait infrastruktur. Pasalnya, Indonesia masih sangat tertinggal di sektor ini.
Tergantung proyek Sudan
Informasi saja, sebelumnya Waskita Karya optimistis mampu memenuhi target kontrak baru di 2022 sebesar Rp 25 triliun.
Namun, menurut Destiawan, target tersebut masih tergantung dari proyek di Sudan Selatan.
"Kami masih menunggu Pertamina. Kalau Pertamina deal tahun ini, maka target lewat (terlampaui). Jika deal-nya tahun depan, maka target Waskita tidak tercapai," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News