Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para pelaku pasar kini memperkirakan adanya peluang lebih besar bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya pada Maret 2024.
Padahal, para pelaku pasar sebelumnya berekspektasi terhadap adanya penurunan suku bunga lebih awal, yakni pada Maret 2024.
Alat CME Fedwatch menunjukkan peluang sebesar 52,9% bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil, naik tajam dari peluang 19% yang terlihat pada pekan lalu.
Pelaku pasar juga memperkirakan peluang 46,2% untuk pemotongan sebesar 25 basis poin, turun tajam dari peluang 76,3% yang terlihat pada minggu lalu.
Berdasarkan data Bloomberg, dollar index spot alias indeks dolar Amerika Serikat (AS) terkoreksi 0,03% ke level 103,26 pada Senin (22/1).
Baca Juga: Harga Emas Spot Turun Seiring Memudarnya Euforia Penurunan Suku Bunga, Senin (22/1)
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menilai, dolar AS berjuang untuk mempertahankan kenaikan dari pekan lalu karena investor bersikap hati-hati menjelang keputusan kebijakan moneter utama di Jepang dan Eropa pada minggu ini.
Pasar sangat waspada terhadap kemungkinan petunjuk berakhirnya suku bunga negatif di Jepang, sementara para pembuat kebijakan di Eropa diperkirakan akan menolak spekulasi penurunan suku bunga tahun ini.
Namun, data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan dan sinyal hawkish dari pejabat Federal Reserve yang mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Maret membuat dolar tetap mendapat dukungan.
Dalam komentar terbaru The Fed, Presiden Fed San Francisco Mary Daly menyatakan bahwa ia yakin perekonomian dan kebijakan moneter AS berada dalam “tempat yang baik”. Menurutnya, terlalu dini untuk berpikir bahwa penurunan suku bunga akan segera terjadi.
Baca Juga: Harga Emas Dalam Tren Menurun, Begini Pandangan Analis
Di sisi lain, safe haven lainnya, yakni emas stabil di sekitar US$ 2.030 per ons troi pada Senin (22/1). Namun, logam mulia ini turun sekitar 1% pekan lalu berkat menguatnya dolar dan imbal hasil Treasury karena data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan.
Sinyal hawkish dari pejabat The Fed juga mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga di bulan Maret 2024.
"Alhasil, dolar AS memiliki alasan yang lebih kuat untuk menguat karena sejumlah data ekonomi AS sangat positif belakangan ini yang seharusnya menekan emas," kata Sutopo saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (22/1).
Meskipun begitu, harga emas pada tahun 2024 masih didukung oleh ketidakstabilan geopolitik di Timur Tengah.
Senior Analyst PT Rifan Financindo Berjangka (RFB) Syaiful Bahri juga melihat, penurunan suku bunga The Fed akan tetap terjadi di tahun 2024 sehingga emas tetap lebih menarik daripada dolar AS.
Baca Juga: Berniat Berinvestasi Emas pada Tahun 2024? Cek Hal Berikut Ini
Menurutnya, harga emas di 2024 akan mendapatkan dukungan sentimen pemangkasan suku bunga The Fed, kecemasan resesi, dan meningkatnya ketegangan konflik Timur Tengah.
Untuk kuartal I-2024, harga emas diperkirakan akan menembus level tertinggi emas tahun 2023 di US$ 2.145 dan berpotensi ke US$ 2.200 per ons troi. "Sekarang ada indikasi kuat bahwa target harga emas di kisaran US$ 2.400 hingga US$ 2.500 per ons troi pada 2024," ucap Syaiful.
Ia menyarankan investor untuk masuk membeli emas pada minggu ketiga Januari 2024 di level US$ 2.000-US$ 2.020 dengan support di US$ 1.980 per ons troi. Sementara dolar AS sebaiknya dibeli pada bulan Februari 2024 setelah Imlek saat kenaikan emas sudah maksimal.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Malah Turun Saat Konflik di Laut Merah Memanas
Kemudian, Sutopo memprediksi, emas akan diperdagangkan pada US$ 2.089,21 per ons troi pada akhir kuartal I-2024 dan US$ 2.158,85 dalam waktu 12 bulan. Sementara itu, indeks dolar AS diperkirakan berada pada 103,16 pada akhir kuartal ini dan 106,38 dalam waktu 12 bulan.
"Emas memegang angka psikologis di US$ 2.000. Hemat kami, sejumlah pembelian bisa dimulai di angka ini," kata Sutopo. Dolar juga masih akan ditopang oleh data ekonomi yang masih sangat mendukung dan bisa dibeli di bawah level Rp 15.400 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News