Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra Internasional Tbk (ASII) di kuartal II/2021 mencatatkan pendapatan mencapai Rp 55,7 triliun atau naik 7,7% secara quarter on quarter (qoq) dan naik 55,6% secara year on year (yoy).
Sementara itu, laba bersih mencatat kenaikan 36,9% secara qoq dan 642,8% secara yoy menjadi Rp 5,1 triliun, angka ini tidak termasuk keuntungan divestasi Bank Permata.
Analis Sinarmas Sekuritas Andriyanto Saputra dalam risetnya yang dirilis pada 2 Agustus 2021, melihat pemulihan yang kuat ditunjukkan pada segmen otomotif dan keuangan, karena mendapatkan keuntungan dari relaksasi pajak barang mewah. Selain itu, harga komoditas emas, batubara, dan CPO yang sedang tinggi mendorong kinerja segmen pertambangan dan alat berat, dan agribisnis.
Di semester II/2021, Andriyanto memperkirakan kinerja ASII masih akan mendapatkan tekanan dari pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat dan level 4, terutama di sektor otomotif.
Baca Juga: BRI Danareksa merekomendasikan beli untuk saham MNCN
Akan tetapi, ia memperkirakan tekanan tersebut hanya bersifat sementara, karena PPKM yang berlaku saat ini, menurutnya akan memberikan dampak positif untuk jangka menengah sampai jangka panjang.
Andriyanto juga menaksir, perpanjangan dari pajak pembelian barang mewah dan perkembangan Covid-19 yang lebih baik, akan membuat target penjualan mobil ASII di tahun ini tercapai, yakni sebanyak 407 ribu unit.
Sehingga, menurutnya ini harus diterjemahkan kepada margin yang berkelanjutan dan seterusnya, karena biaya persediaan yang lebih rendah di tingkat distribusi, dan biaya tetap yang lebih rendah di tingkat manufaktur.
Di tahun ini ia perkirakan pendapatan ASII akan mencapai Rp 199 triliun atau naik 13,75% secara yoy, dengan laba bersih yang naik 9,73% ke level Rp 17,7 triliun.
Baca Juga: Kinerja IDXG30 masih koreksi, simak rekomendasi saham pilihan para analis
Ia merekomendasikan ASII beli dengan target harga Rp 7.100 per saham. Adapun, risiko yang dapat menurunkan ASII adalah pemulihan ekonomi yang lebih panjang dan kasus Covid-19 yang kembali melonjak.