Reporter: Kenia Intan | Editor: Handoyo .
Stimulus untuk menghadapi COVID-19 juga dilakukan oleh berbagai negara seperti Canada, Eropa, dan Jepang. Tidak ketinggalan, berbagai lembaga dunia seperti IMF, Bank Dunia, dan G7 siap juga tidak tinggal diam menghadapi COVID-19 ini.
Meskipun ada berbagai sentimen positif dari global, pasar saham dunia masih khawatir peringatan WHO bahwa virus corona memiliki potensi menjadi pandemik.
Selain itu, lembaga pemeringkat Moody's memperingatkan wabah COVID-19 akan memicu resesi global pada paruh pertama tahun 2020. Angka penyebaran virus korona global dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ada setidaknya 95.200 dengan jumlah kematian global sekitar 3.270.
Kasus pertama dilaporkan di Azerbaijan, Belarus, Lithuania, Meksiko, Selandia Baru dan Nigeria, negara terpadat di Afrika. Sementara penyebarannya masih terus terjadi di beberapa negara termasuk Inggris, Korea Selatan, China.
Baca Juga: Commonwealth berbagi strategi investasi di tengah penurunan IHSG
"Akibat virus korona ini OECD memprakirakan ekonomi dunia hanya akan tumbuh 2,4% tahun 2020 dan merupakan pertumbuhan terendah sejak 2009," terang Hans Kwee.
Pekan depan pasar masih akan dibayangi dengan penyebaran COVID-19 yang cepat di berbagai negara. Diperkirkan, IHSG pekan depan masih akan koreksi dengan pola koreksi di awal-awal peka, akan tetapi di akhir pekan berpeluang rebound menguat. Support IHSG sepekan adalah 5431 sampai 5288 dan resistance di level 5577 sampai 5715.
"Pelaku pasar dengan horizon investasi lebih dari 1 tahun kembali kami rekomendasikan melakukan cicil beli ketika IHSG turun di bawah 5300," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News