kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Sektor alat berat masih positif di 2018


Minggu, 07 Januari 2018 / 19:15 WIB
Analis: Sektor alat berat masih positif di 2018


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten alat berat pasang target penjualan moderat di 2018. PT United Tractors Tbk (UNTR) misalnya, pasang target penjualan naik 10% year on year (yoy). Padahal, di 2017 UNTR pasang target penjualan alat berat naik 60% yoy.

Tak jauh beda, PT Intraco Penta Tbk (INTA) juga tak pasang target pendapatan agresif. Di tahun ini INTA menargetkan pertmbuhan pendapatan sebesar 20%, sama dengan target pertumbuhan pendapatan 2017.

Kendati demikian, Kepala Riset OSO Sekuritas Riska Afriani melihat bahwa sub-sektor alat berat masih memiliki outlook positif hingga akhir 2018. Hal ini berpatokan pada isu-isu yang muncul terkait kegiatan penopang penjualan alat berat.

“Dia juga dipengaruhi oleh perkebangan infrastruktur, pengolahan komoditas pertambangan, perkebunan, dan kehutanan,” ujar Riska, Minggu (7/1). Dari sektor infrastruktur misalnya, Riska melihat bahwa pembangunan infrastruktur di 2018 masih terus berlanjut. Dari sisi pertambangan pun harga komoditas terus membaik.

“Anggaran pemerintah untuk infrastruktur kurang lebih ada Rp 409 triliun, lebih besar dari 2017. Ini turut mempengaruhi alat berat. Saat ini untuk perusahaan alat berat banyak bekerja sama dengan pemerintah dalam pembangunan konstruksi,” tutur Riska.

Lebih lanjut Riska mencatat bahwa Indonesia masuk empat besar pangsa konstruksi terbesar Asia. Hal ini menurutnya turut mendorong permintaan alat berat dalam negeri meningkat. Seiring hal tersebut, tak hanya perusahaan alat berat dalam negeri yang diuntungkan, pendatang dari negeri Tiongkok pun mulai bermunculan.

Bak pisau bermata dua, hal tersebut bagus karena menjadi sinyal bahwa permintaan alat berat masih lebih tinggi dibanding supply alat berat dalam negeri. Namun, bagi emiten, datangnya pemain alat berat lain dapat memperketat persaingan usaha. “Akan banyak pesaing, alat berat dari China bisa masuk dengan harga lebih murah,” ujar Riska.

Melihat prospek positif di sub-sektor alat berat, Riska memprediksikan capaian kinerja emiten alat berat di 2018 justru bisa lebih tinggi dari tahun lalu. Ia merekomendasikan buy untuk sub-sektor alat berat dengan UNTR sebagai saham pilihan. Riska memasang target harga Rp 38.000 per saham untuk UNTR. Akhir pekan, harga saham UNTR berada di Rp 35.425 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×