Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi
Kemudian mundurnya Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe membuat mata uang Yen menguat signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini dapat mendukung penguatan nilai tukar rupiah karena terjadi pelemahan dolar AS di pasar.
Di Eropa mulai bangkitnya Covid-19 menimbulkan kekhawatiran dapat menghambat pemulihan ekonomi yang sedang terjadi di kuartal kedua. Beberapa data zona Eropa juga menunjukkan perlambatan pemulihan. Salah satu data yakni sentimen konsumen Jerman turun menjelang September. Ini menimbulkan keraguan pengeluaran rumah tangga di masa depan di Jerman apakah cukup kuat untuk memacu pemulihan.
Ketegangan AS-China terlihat belum akan berakhir. Setelah kedua negara melanjutkan pembicaraan masalah perdagangan kedua Negara sekarang timbul masalah hukuman China terkait laut China Selatan. Masalah Laut China Selatan timbul setelah China melakukan uji coba peluru kendali di daerah tersebut.
Baca Juga: Sepanjang Pekan Ini IHSG Naik 1,4 Persen, tapi Asing Kian Gencar Keluar dari BEI
Sejumlah pejabat dan perusahaan China sudah dimasukkan dalam daftar hitam (blacklist) akibat dituduh terlibat dalam 'penumpukan' militer di wilayah perairan tersebut. Hal ini sentimen negatif bagi pasar keuangan.
Pemprov DKI Jakarta kembali melakukan perpanjangan PSBB transisi. Hal ini mendorong kemungkinan besar ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga mengalami pertumbuhan negatif. Hal ini akan memperbesar kemungkinan Indonesia mengalami resesi. Upaya pemerintah pusat mendorong pertumbuhan ekonomi di semester kedua sangat di apresiasi pelaku pasar keuangan.
Pemerintah pusat agresif melakukan belanja pemerintah dan mengucurkan bantuan pada masyarakat dan UMKM, dunia usaha atau korporasi. Pemerintah akan kembali mendorong proyek infrastruktur di semester kedua ini. "Hal ini menimbulkan harapan pertumbuhan ekonomi di Kuartal empat akan kembali positif," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News